Sabtu, 20 Desember 2014

Menganalisis dengan 7 unsur :


 
1)      AGAMA HINDU
1.      Unsur religi dan upacara keagamaan
Hindu memiliki kebudayaan dalam perayaan hari raya nyepi. Nyepi adalah hari pergantian tahun saka yang dirayakan setiap satu tahun sekali.
Kegiatan dalam menyambut Hari raya nyepi ada dua macam yaitu :
1.      Sehari sebelum nyepi, melaksanakan upacara Bhuta Yadnya
2.      Pada hari raya nyepi diadakan upacara yoga Samadi
Ada empat brata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya nyepi (catur brata penyepian) yaitu :
1.      Amati geni (pantangan menyalakan api)
2.      Amati karya (pantangan untuk bekerja)
3.      Amati lelungan (pantangan bepergian)
4.      Amati leelanguan (pantangan menghibur diri atau kesenangan).
2.      Sistem organisasi masyarakat
Keesokan harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan tetangga.
3.      Sistem pengetahuan
Dalam kesunyian suci nyepi , agama Hindu mengadakan mawas diri. Menyatukan pikiran, serta menyatukan cipta,rasa, karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri kita dan inti sari kehidupan sementara.
4.      Sistem teknologi dan peralatan
Hindu memiliki kitab yang disebut dengan kitab Weda.
Ada empat bentuk brata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya nyepi (catur brata penyepian), yaitu :
5.      Amati geni maknanya pantangan menyalakan api
6.      Amati karya maknanya pantangan untuk bekerja
7.      Amati lelungan maknanya pantangan bepergian
8.      Amati lelanguan maknanya pantangan menghibur diri atau kesenangan.
Dan fungsinya adalah sebagai ibadah.
2)      PENGRAWIT  DAN SINDEN
Pengrawit adalah sekumpulan orang yang memainkan alat musik gamelan dimana setiap orang memainkan instrumen yang berbeda. Setiap orang memiliki cara menabuh sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan setiap instrumen yang digunakan, bunyi yang dihasilkan setiap pengrawit ketika memainkan alat musik gamelan pun berbeda. Akan tetapi setiap bunyi yang dihasilkan masing-masing pengrawit membentuk sebuah kesatuan bunyi yang harmonis, selaras, dan memiliki nilai seni yang tinggi.
Sinden pada dasarnya merupakan sebuah kosakata jawa yakni ‘Pasindhian’ yang berarti kaya akan lagu atau melantunkan lagu.
1.      Unsur Kesenian
Gending-gending kreasi baru karya Ki Nartosabdo, 4 garap musikalitas karawitan jawanya dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a.       Jenis karawitan yang masih menggunakan medium dan idiom lama
b.      Jenis karawitan ang menggunakan medium lama tapi dengan idiom baru
c.       Jenis kara berwitan yang menggunakan medium baru dengan idiom baru pula.
Ada berbagai gending yang idenya diambil dari Sekar Macapat yaitu berupa bawa, gerongan, dan sekaran (lelagon).
Adapun vokal di dalam seni karawitan dapat berupa solo vokal maupun bentuk gerongan atau koor, sedangkan syairnya dapat berupa wangsalan, purwakanthi, maupun sekar ageng, sekar tengahan, dan macapat.
Sama halnya dengan pengrawit, sinden pun juga berperan sebagai penggiring setiap adegan lakon wayang. Hanya saja sinden melakukannya dengan cara menyanyikan tembang jawa yang memiliki berbagai versi, mulai dari mijil sampai maskumambang.
2.      Sistem organisasi kemasyarakatan
Pengrawit disini dimainkan oleh sekumpulan orang dimana setiap orang memainkan instrumen yang berbeda. Setiap orang memiliki cara menabuh sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan setiap instrumen yang digunakan, bunyi yang dihasilkan setiap pengrawit ketika memainkan alat musik gamelan pun berbeda.
3.      Sistem mata pencaharian
Sebagai pengrawit biasanya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian. Misalnya pada saat pengrawit ikut dalam pentas wayang. Setelah acara selesai pengrawit biasanya mendapat upah.
Begitu juga sinden. Sinden juga bisa dikatakan sebagai mata pencaharian karena habis pentas biasanya sinden mendapat upah.
4.      Sistem teknologi dan peralatan
Peralatan yang digunakan pengrawit adalah Gamelan dan notasi gending. Dan peralatan yang digunakan Sinden adalah micropon dan notasi tembang.
5.      Sistem pengetahuan
Pengrawit adalah sekumpulan orang yang memainkan alat musik gamelan dimana setiap orang memainkan instrumen yang berbeda. Dan Sinden pada dasarnya merupakan sebuah kosakata jawa yakni ‘Pasindhian’ yang berarti kaya akan lagu atau melantunkan lagu.
Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan dan kesenian indonesia, sinden memang menjadi daya tarik tersendiri. Keberadaannya yang sangat sentral dalam sebuah pagelaran menjadi kunci eksistensi sinden yang masih ada hingga saat ini.
6.      Bahasa
Biasanya sinden pada saat nembang menggunakan bahasa jawa.
Pengrawit juga sering disebut nayaga atau Yogo. Seorang Nayoga bila sedang menabuh gamelan biasanya dengan konsentrasi penuh untuk memberi ruh terhadap gending yang sedang ia mainkan. Fungsi dan perang ialah memainkan alat musik gamelan untuk mengiringi setiap adegan wayang yang dimainkan oleh dalang yang menggambarkan suasana setiap adegan. Sama halnya dengan pengrawit sinden juga berperan sebagai pengiring setiap adegan wayang yang dimainkan oleh dalang.

3)      TRADISI TINGKEBAN DI DAERAH SEMARANG, DEMAK DAN SEKITARNYA.
1.      Unsur religi dan upacara keagamaan
Didalam tradisi tingkeban ada unsur religi yaitu hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME :
a.       Tujuh macam bubur, termasuk bubur procot
b.      Tumpeng kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan sehat dan kuat
c.       Jajan pasar, syarat harus dibeli dipasar
d.      Rujak buah-buahan tujuh macam
e.       Dawet
f.       Umbi-umbian sebanyak tujuh macam
g.      Sajen medikingan
2.      Sistem organisasi kemasyarakatan
Biasanya yang punya hajat tradisi tingkeban mengundang tetangga dan saudara-saudara.
3.      Sistem teknologi dan peralatan
Peralatan yang digunakan adalah :
a.       Cengkir kelapa gading
b.      Wajan dan gayung
c.       Benang lawe atau lilitan benang janur
d.      Telur
e.       Bunga tujuh rupa
f.       Kendi
g.      Jarit batik tujuh motif
h.      Kain putih
i.        Pecahan genting
j.        Golok
k.      Sajen Medikingan
4.      Sistem pengetahuan
Tingkeban biasanya dilakukan oleh adat jawa yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung selama tujuh bulan.
5.      Bahasa yang digunakan pada saat Tingkeban adalah bahasa jawa
Dalam tradisi tingkeban ada tatacara  hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME :
a.       Tujuh macam bubur, termasuk bubur procot
b.      Tumpeng kuat maknanya bayi yang akan dilahirkan sehat dan kuat
c.       Jajan pasar, syarat harus dibeli dipasar
d.      Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya enak maknanya anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga
e.       Dawet supaya menyegarkan
f.       Umbi-umbian sebanyak tujuh macam
g.      Sajen medikingan, dibuat untuk kelahiran anak pertama dan seterusnya.
Waktu pelaksanaan Tingkeban tidak bisa dilaksanakan sewaktu-waktu, biasanya dilaksanakan hari sabtu wage yang menurut orang tua maknanya “metu gage-gage” (cepat dan lancar dalam proses melahirkan nanti).

4)      TRADISI NYADRAN
a.       Unsur religi dan upacara keagamaan
Tradisi nyadran dilakukan secara turun temurun. Sebagaimana ritual dalam penanggalan jawa lainnya, seperti suronan, muludan, dan syawalan. esensi nyadran adalah memanjatkan doa kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan kesejahteraan. Di Kadilangu kabupaten Demak.
b.      Sistem organisasi kemasyarakatan
Ketika pelaksanaan nyadran, kelompok-kelompok keluarga atau trah tertentu, tidak terasa terkotak-kotak dalam status sosial, kelas, agama, golongan, partai politik dan sebagainya. Perbedaan itu lebur karena mereka berkumpul menjadi satu, baerbaur saling mengasihi, saling menyayangi satu sama lain.
c.       Sistem mata pencaharian
Biasanya seusai nyadran ada warga yang mengajak saudara didesa ikut merantau dan bekerja dikota-kota besar.
d.      Sistem pengetahuan
Tradisi nyadran dilakukan secara turun temurun. Sebagaimana ritual dalam penanggalan jawa lainnya, seperti suronan, muludan, dan syawalan. Waktu pelaksanaan nyadran biasanya dipilih pada tanggal 15,20, dan 23 ruwah atau sya’ban.
e.       Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari.
Pada perkembangan selanjutnya, tradisi nyadran mengalami perluasan makna. Bagi mereka yang pulang dari rantauan, nyadran dikaitkan dengan sedekah, beramal kepada para fakir miskin, membangun tempat ibadah, memugar cungkup dan pagar makam.
Tradisi nyadran menjelma menjadi menjadi ajang silaturrahmi, wahana perekat sosial, sarana membangun jati diri bangsa, rasa kebangsaan dan nasionalisme.

5)      SLAMETAN KEMATIAN
a.       Unsur religi dan upacara keagamaan
Selamatan meninggalnya seseorang adalah salah satu adat jawa. Pelaksanaan selamatan di masyarakat jawa yaitu selamatan untuk 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, pendak sepisan, pendhak pindo dan yang terakhir sebagai puncaknya adalah nyewu (1000 hari) dan nyadran. Masyarakat jawa menghitung hari selamatan umumnya tidak dihitung satu persatu dari hari meninggalnya.
Dlam kematian ada slametan kenduri. Mengenai makanan yang dihidangkan dalam upacara kenduri, salah seorang ulama Syaikh Bin Baz memfatwakan agar sebaiknya kita tidak memakan kenduri yang dihidangkan / disuguhkan kepada kita walaupun hukumnya boleh dimakan.
b.      Sistem organisasi kemasyarakatan
Salah satu slametan kematian adalah nyadran. Nyadran adalah hari berkunjung ke makam para leluhur/kerabat yang telah mendahului. Nyadran ini dilakukan pada bulan ruwah atau bertepatan dengan saat menjelang puasa bagi umat islam. Nyadran ini dilakukan oleh orang sedesa dengan menyembelih satu ekor kambing.
c.       Sistem teknologi dan peralatan
Dalam selamatan atau kenduri ada beberapa ubo rampenya yaitu :
·         Dun keloratau dhadap srep
·         Menyembelih kambing
·         Burung merpati sepasang
·         Sesajen kenduri
·         Kelapa muda
·         Payung
·         Kembang setaman
·         Tumpeng ungkur-ungkuran
·         Tumpeng nasi putih
·         Sega asahan
·         Pisang
·         Ingkung ayam
·         Cok bakal
·         Kembang telon
·         Beras kuning dan koin
·         Ikan teri
d.      Sistem pengetahuan
Menurut sejarah, adat jawa menggunakan kalender hijriyah (sebagai panduan beribadah umat islam) pada tahun 1625 masehi mengganti pengunaan kalender jawa dari sistem penanggalan saka 1547 tahun saka. diakui atau tidak diindonesia dikenal beberapa system kalender, diantaranya kalender hijriyah, kalender jawa, kalender masehi. Setiap sistem penanggalan dalam 1 tahun terdiri dari 12 bulan.
Dalam bentuk pemahaman orang jawa, bahwa nyawa orang yang telah mati itu sampai dengan waktu tertentu msih ada disekeliling keluarganya. Oleh karena itu kita sering mendengar istilah salametan yang dilakukan oleh orang yang telah meninggal. Dan ubo rampe dalam selamatan ada maknanya tersendiri diantaranya:
·         Dun keloratau dhadap srep bermakna : bahwa mayit yang dimandikan hilang dari dosa-dosanya (simbol daun kelor), jalan menuju Tuhan akan mudah dan akan menjadi damai (simbol daun dhadhap srep).
·         Menyembelih kambing bermakna : sebagai tunggangan mayat untuk menuju kehadapan Tuhan.
·         Burung merpati sepasang bermakna : agar mayat diharapkan saat menghadap Tuhan dalam keadaan suci bersih tanpa dosa dan beban.
·         Sesajen kenduri bermakna : agar keselamatan selalu mengiringi orang yang meninggal sampai menghadap tuhan.
·         Kelapa muda bermakna : mempunyai arti toya wening. Jadi kelapa muda merupakan simbol yang mengandung harapan agar orang yang barusaja meninggal     dilimpahi kesucian.
·         Payung bermakna : agar orang yang baru saja meninggal itu tidak kehujanan dan kepanasan selama diliang kubur.
·         Kembang setaman bermakna : penghormatan kepada jenazah dan untuk mengenang kebaikan yang dilakukannya selama hidupnya.
·         Tumpeng ungkur-ungkuran bermakna : bahwa mayit telah terpisah antara jasmani dan rohnya.
·         Tumpeng nasi putih menggambarkan kesucian dalam adat jawa.
Makna filosofi makanan dalam selametan/kenduren. Tradis kenduri memiliki berbagai macam ketentuan khusus yang harus dilakasanakan sesuai adat istiadat yang berlaku sejak aman dahulu. Berawal dari persiapan berbagai macam makanan khas kenduri yang terdiri dari nasi gurih, nasi putih, nasi golong, rempeyek kacang, teri, krupuk, tempe, thoto dll. beberapa dari unsur makanan tersebut memiliki makna tersendiri yang sangat erat hubungannya dengan alam sekitar.
6)      PRIMBON
a.       Unsur religi dan kebudayaan
Primbon mengandung unsur kebudayaan  tersendiri bagi masyarakat. Biasanya orang yang mau menikah atau cari jodoh neptunaya disamakan atau dicocokan.
b.      Sistem mata pencaharian
Biasanya orang yang tahu tentang primbon adalah orang jawa/dukun. Dan biasanya orang yang mau menikah atau mau beli rumah pergi ke dukun/orang yang tahu tentang primbon, cocok atau tidak harinya. Dan biasanya setelah ke dukun seorang yang tanya hari itu memberi beras atau uang kepada dukun tersebut.
c.       Sistem teknologi dan peralatan
Biasanya peralatan yang digunakan adalah buku primbon.
d.      Sistem pengetahuan
Primbon adalah diidentikkan suatu buku atau kitab yang memuat berbagai perhitungan atau ramalan bahkan tatacara lelaku beragam keilmuan gaib berupa pengasihan, kerejekian, keselamatan, kenuragaan, jaya kawijayan, kebatinan dsb.

      Orang yang tahu tentang primbon Biasanya orang orang jawa/dukun. Dan biasanya orang yang mau menikah atau mau beli rumah pergi ke dukun/orang yang tahu tentang primbon tersebut, fungsinya untuk mengetahui cocok atau tidak harinya.
7)      WASITA ADI
a)      Sistem pengetahuan
Wasita Adi merupakan pepatah bijak dalam bahasa jawa.
Contoh kalimat yang merupakan wasita adi adalah :
Ajining diri saka ing lathi, Ajining sarira saka busana
b)      bahasa yang digunakan adalah bahsa jawa
Wasita Adi biasanya juga digunakan dalam pagelaran ketoprak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar