1)
AGAMA
HINDU
1.
Unsur religi dan
upacara keagamaan
Hindu
memiliki kebudayaan dalam perayaan hari raya nyepi. Nyepi adalah hari
pergantian tahun saka yang dirayakan setiap satu tahun sekali.
Kegiatan
dalam menyambut Hari raya nyepi ada dua macam yaitu :
1. Sehari
sebelum nyepi, melaksanakan upacara Bhuta Yadnya
2. Pada
hari raya nyepi diadakan upacara yoga Samadi
Ada
empat brata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya nyepi (catur brata
penyepian) yaitu :
1. Amati
geni (pantangan menyalakan api)
2. Amati
karya (pantangan untuk bekerja)
3. Amati
lelungan (pantangan bepergian)
4. Amati
leelanguan (pantangan menghibur diri atau kesenangan).
2.
Sistem organisasi
masyarakat
Keesokan
harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan
bermaaf-maafan dengan tetangga.
3.
Sistem pengetahuan
Dalam
kesunyian suci nyepi , agama Hindu mengadakan mawas diri. Menyatukan pikiran,
serta menyatukan cipta,rasa, karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri
kita dan inti sari kehidupan sementara.
4.
Sistem teknologi dan
peralatan
Hindu
memiliki kitab yang disebut dengan kitab Weda.
Ada
empat bentuk brata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya nyepi
(catur brata penyepian), yaitu :
5. Amati
geni maknanya pantangan menyalakan api
6. Amati
karya maknanya pantangan untuk bekerja
7. Amati
lelungan maknanya pantangan bepergian
8. Amati
lelanguan maknanya pantangan menghibur diri atau kesenangan.
Dan fungsinya adalah sebagai
ibadah.
2)
PENGRAWIT
DAN SINDEN
Pengrawit
adalah sekumpulan orang yang memainkan alat musik gamelan dimana setiap orang
memainkan instrumen yang berbeda. Setiap orang memiliki cara menabuh
sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan setiap instrumen yang digunakan, bunyi
yang dihasilkan setiap pengrawit ketika memainkan alat musik gamelan pun
berbeda. Akan tetapi setiap bunyi yang dihasilkan masing-masing pengrawit
membentuk sebuah kesatuan bunyi yang harmonis, selaras, dan memiliki nilai seni
yang tinggi.
Sinden
pada dasarnya merupakan sebuah kosakata jawa yakni ‘Pasindhian’ yang berarti
kaya akan lagu atau melantunkan lagu.
1. Unsur
Kesenian
Gending-gending kreasi baru karya
Ki Nartosabdo, 4 garap musikalitas karawitan jawanya dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu :
a. Jenis
karawitan yang masih menggunakan medium dan idiom lama
b. Jenis
karawitan ang menggunakan medium lama tapi dengan idiom baru
c. Jenis
kara berwitan yang menggunakan medium baru dengan idiom baru pula.
Ada
berbagai gending yang idenya diambil dari Sekar Macapat yaitu berupa bawa,
gerongan, dan sekaran (lelagon).
Adapun
vokal di dalam seni karawitan dapat berupa solo vokal maupun bentuk gerongan
atau koor, sedangkan syairnya dapat berupa wangsalan, purwakanthi, maupun sekar
ageng, sekar tengahan, dan macapat.
Sama
halnya dengan pengrawit, sinden pun juga berperan sebagai penggiring setiap
adegan lakon wayang. Hanya saja sinden melakukannya dengan cara menyanyikan
tembang jawa yang memiliki berbagai versi, mulai dari mijil sampai
maskumambang.
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan
Pengrawit disini
dimainkan oleh sekumpulan orang dimana setiap orang memainkan instrumen yang
berbeda. Setiap orang memiliki cara menabuh sendiri-sendiri yang disesuaikan
dengan setiap instrumen yang digunakan, bunyi yang dihasilkan setiap pengrawit
ketika memainkan alat musik gamelan pun berbeda.
3. Sistem
mata pencaharian
Sebagai pengrawit
biasanya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian. Misalnya pada saat pengrawit
ikut dalam pentas wayang. Setelah acara selesai pengrawit biasanya mendapat
upah.
Begitu juga sinden. Sinden juga
bisa dikatakan sebagai mata pencaharian karena habis pentas biasanya sinden
mendapat upah.
4. Sistem
teknologi dan peralatan
Peralatan yang
digunakan pengrawit adalah Gamelan dan notasi gending. Dan peralatan yang
digunakan Sinden adalah micropon dan notasi tembang.
5. Sistem
pengetahuan
Pengrawit
adalah sekumpulan orang yang memainkan alat musik gamelan dimana setiap orang
memainkan instrumen yang berbeda. Dan Sinden pada dasarnya merupakan sebuah
kosakata jawa yakni ‘Pasindhian’ yang berarti kaya akan lagu atau melantunkan
lagu.
Sebagai
salah satu bagian dari kebudayaan dan kesenian indonesia, sinden memang menjadi
daya tarik tersendiri. Keberadaannya yang sangat sentral dalam sebuah pagelaran
menjadi kunci eksistensi sinden yang masih ada hingga saat ini.
6. Bahasa
Biasanya sinden pada saat nembang
menggunakan bahasa jawa.
Pengrawit juga sering disebut
nayaga atau Yogo. Seorang Nayoga bila sedang menabuh gamelan biasanya dengan
konsentrasi penuh untuk memberi ruh terhadap gending yang sedang ia mainkan.
Fungsi dan perang ialah memainkan alat musik gamelan untuk mengiringi setiap
adegan wayang yang dimainkan oleh dalang yang menggambarkan suasana setiap
adegan. Sama halnya dengan pengrawit sinden juga berperan sebagai pengiring
setiap adegan wayang yang dimainkan oleh dalang.
3)
TRADISI
TINGKEBAN DI DAERAH SEMARANG, DEMAK DAN SEKITARNYA.
1. Unsur
religi dan upacara keagamaan
Didalam tradisi tingkeban ada unsur
religi yaitu hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME :
a. Tujuh
macam bubur, termasuk bubur procot
b. Tumpeng
kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan sehat dan kuat
c. Jajan
pasar, syarat harus dibeli dipasar
d. Rujak
buah-buahan tujuh macam
e. Dawet
f. Umbi-umbian
sebanyak tujuh macam
g. Sajen
medikingan
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan
Biasanya yang punya hajat tradisi
tingkeban mengundang tetangga dan saudara-saudara.
3. Sistem
teknologi dan peralatan
Peralatan yang digunakan adalah :
a. Cengkir
kelapa gading
b. Wajan
dan gayung
c. Benang
lawe atau lilitan benang janur
d. Telur
e. Bunga
tujuh rupa
f. Kendi
g. Jarit
batik tujuh motif
h. Kain
putih
i.
Pecahan genting
j.
Golok
k. Sajen
Medikingan
4. Sistem
pengetahuan
Tingkeban biasanya dilakukan oleh
adat jawa yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung selama tujuh
bulan.
5. Bahasa
yang digunakan pada saat Tingkeban adalah bahasa jawa
Dalam tradisi tingkeban ada
tatacara hidangan sebagai ucapan syukur
kepada Tuhan YME :
a. Tujuh
macam bubur, termasuk bubur procot
b. Tumpeng
kuat maknanya bayi yang akan dilahirkan sehat dan kuat
c. Jajan
pasar, syarat harus dibeli dipasar
d. Rujak
buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya enak maknanya anak
yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga
e. Dawet
supaya menyegarkan
f. Umbi-umbian
sebanyak tujuh macam
g. Sajen
medikingan, dibuat untuk kelahiran anak pertama dan seterusnya.
Waktu
pelaksanaan Tingkeban tidak bisa dilaksanakan sewaktu-waktu, biasanya
dilaksanakan hari sabtu wage yang menurut orang tua maknanya “metu gage-gage”
(cepat dan lancar dalam proses melahirkan nanti).
4)
TRADISI
NYADRAN
a. Unsur
religi dan upacara keagamaan
Tradisi nyadran dilakukan secara
turun temurun. Sebagaimana ritual dalam penanggalan jawa lainnya, seperti
suronan, muludan, dan syawalan. esensi nyadran adalah memanjatkan doa kepada
Tuhan agar diberi keselamatan dan kesejahteraan. Di Kadilangu kabupaten Demak.
b. Sistem
organisasi kemasyarakatan
Ketika pelaksanaan nyadran,
kelompok-kelompok keluarga atau trah tertentu, tidak terasa terkotak-kotak
dalam status sosial, kelas, agama, golongan, partai politik dan sebagainya.
Perbedaan itu lebur karena mereka berkumpul menjadi satu, baerbaur saling
mengasihi, saling menyayangi satu sama lain.
c. Sistem
mata pencaharian
Biasanya seusai nyadran ada warga
yang mengajak saudara didesa ikut merantau dan bekerja dikota-kota besar.
d. Sistem
pengetahuan
Tradisi nyadran dilakukan secara
turun temurun. Sebagaimana ritual dalam penanggalan jawa lainnya, seperti
suronan, muludan, dan syawalan. Waktu pelaksanaan nyadran biasanya dipilih pada
tanggal 15,20, dan 23 ruwah atau sya’ban.
e. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa sehari-hari.
Pada perkembangan selanjutnya,
tradisi nyadran mengalami perluasan makna. Bagi mereka yang pulang dari
rantauan, nyadran dikaitkan dengan sedekah, beramal kepada para fakir miskin,
membangun tempat ibadah, memugar cungkup dan pagar makam.
Tradisi nyadran menjelma menjadi
menjadi ajang silaturrahmi, wahana perekat sosial, sarana membangun jati diri
bangsa, rasa kebangsaan dan nasionalisme.
5)
SLAMETAN
KEMATIAN
a. Unsur
religi dan upacara keagamaan
Selamatan meninggalnya seseorang
adalah salah satu adat jawa. Pelaksanaan selamatan di masyarakat jawa yaitu
selamatan untuk 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, pendak sepisan, pendhak
pindo dan yang terakhir sebagai puncaknya adalah nyewu (1000 hari) dan nyadran.
Masyarakat jawa menghitung hari selamatan umumnya tidak dihitung satu persatu
dari hari meninggalnya.
Dlam kematian ada slametan kenduri.
Mengenai makanan yang dihidangkan dalam upacara kenduri, salah seorang ulama
Syaikh Bin Baz memfatwakan agar sebaiknya kita tidak memakan kenduri yang
dihidangkan / disuguhkan kepada kita walaupun hukumnya boleh dimakan.
b. Sistem
organisasi kemasyarakatan
Salah satu slametan kematian adalah
nyadran. Nyadran adalah hari berkunjung ke makam para leluhur/kerabat yang
telah mendahului. Nyadran ini dilakukan pada bulan ruwah atau bertepatan dengan
saat menjelang puasa bagi umat islam. Nyadran ini dilakukan oleh orang sedesa
dengan menyembelih satu ekor kambing.
c. Sistem
teknologi dan peralatan
Dalam selamatan atau kenduri ada
beberapa ubo rampenya yaitu :
·
Dun keloratau dhadap
srep
·
Menyembelih kambing
·
Burung merpati sepasang
·
Sesajen kenduri
·
Kelapa muda
·
Payung
·
Kembang setaman
·
Tumpeng ungkur-ungkuran
·
Tumpeng nasi putih
·
Sega asahan
·
Pisang
·
Ingkung ayam
·
Cok bakal
·
Kembang telon
·
Beras kuning dan koin
·
Ikan teri
d. Sistem
pengetahuan
Menurut sejarah, adat jawa
menggunakan kalender hijriyah (sebagai panduan beribadah umat islam) pada tahun
1625 masehi mengganti pengunaan kalender jawa dari sistem penanggalan saka 1547
tahun saka. diakui atau tidak diindonesia dikenal beberapa system kalender,
diantaranya kalender hijriyah, kalender jawa, kalender masehi. Setiap sistem
penanggalan dalam 1 tahun terdiri dari 12 bulan.
Dalam bentuk pemahaman
orang jawa, bahwa nyawa orang yang telah mati itu sampai dengan waktu tertentu
msih ada disekeliling keluarganya. Oleh karena itu kita sering mendengar
istilah salametan yang dilakukan oleh orang yang telah meninggal. Dan ubo rampe
dalam selamatan ada maknanya tersendiri diantaranya:
·
Dun keloratau dhadap
srep bermakna : bahwa mayit yang dimandikan hilang dari dosa-dosanya (simbol
daun kelor), jalan menuju Tuhan akan mudah dan akan menjadi damai (simbol daun
dhadhap srep).
·
Menyembelih kambing
bermakna : sebagai tunggangan mayat untuk menuju kehadapan Tuhan.
·
Burung merpati sepasang
bermakna : agar mayat diharapkan saat menghadap Tuhan dalam keadaan suci bersih
tanpa dosa dan beban.
·
Sesajen kenduri
bermakna : agar keselamatan selalu mengiringi orang yang meninggal sampai
menghadap tuhan.
·
Kelapa muda bermakna :
mempunyai arti toya wening. Jadi kelapa muda merupakan simbol yang mengandung
harapan agar orang yang barusaja meninggal
dilimpahi kesucian.
·
Payung bermakna : agar
orang yang baru saja meninggal itu tidak kehujanan dan kepanasan selama diliang
kubur.
·
Kembang setaman
bermakna : penghormatan kepada jenazah dan untuk mengenang kebaikan yang
dilakukannya selama hidupnya.
·
Tumpeng ungkur-ungkuran
bermakna : bahwa mayit telah terpisah antara jasmani dan rohnya.
·
Tumpeng nasi putih
menggambarkan kesucian dalam adat jawa.
Makna
filosofi makanan dalam selametan/kenduren. Tradis kenduri memiliki berbagai
macam ketentuan khusus yang harus dilakasanakan sesuai adat istiadat yang
berlaku sejak aman dahulu. Berawal dari persiapan berbagai macam makanan khas
kenduri yang terdiri dari nasi gurih, nasi putih, nasi golong, rempeyek kacang,
teri, krupuk, tempe, thoto dll. beberapa dari unsur makanan tersebut memiliki
makna tersendiri yang sangat erat hubungannya dengan alam sekitar.
6)
PRIMBON
a. Unsur
religi dan kebudayaan
Primbon mengandung unsur
kebudayaan tersendiri bagi masyarakat.
Biasanya orang yang mau menikah atau cari jodoh neptunaya disamakan atau
dicocokan.
b. Sistem
mata pencaharian
Biasanya orang yang tahu tentang
primbon adalah orang jawa/dukun. Dan biasanya orang yang mau menikah atau mau
beli rumah pergi ke dukun/orang yang tahu tentang primbon, cocok atau tidak
harinya. Dan biasanya setelah ke dukun seorang yang tanya hari itu memberi
beras atau uang kepada dukun tersebut.
c. Sistem
teknologi dan peralatan
Biasanya peralatan yang digunakan
adalah buku primbon.
d. Sistem
pengetahuan
Primbon adalah diidentikkan suatu
buku atau kitab yang memuat berbagai perhitungan atau ramalan bahkan tatacara
lelaku beragam keilmuan gaib berupa pengasihan, kerejekian, keselamatan,
kenuragaan, jaya kawijayan, kebatinan dsb.
Orang
yang tahu tentang primbon Biasanya orang orang jawa/dukun. Dan biasanya orang
yang mau menikah atau mau beli rumah pergi ke dukun/orang yang tahu tentang
primbon tersebut, fungsinya untuk mengetahui cocok atau tidak harinya.
7)
WASITA
ADI
a) Sistem
pengetahuan
Wasita Adi merupakan pepatah bijak
dalam bahasa jawa.
Contoh kalimat yang merupakan
wasita adi adalah :
Ajining diri saka ing lathi,
Ajining sarira saka busana
b) bahasa
yang digunakan adalah bahsa jawa
Wasita Adi biasanya juga digunakan dalam
pagelaran ketoprak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar