1.1 Batasan Numeralia
Numeralia adalah kata yang digunakan untuk membilang
hal yang diacu nomina. Oleh karena itu,numeralia lazim disebut dengan kata”kata
bilangan”. Hal yang diacu numeralia terbatas pada hal yang dapat dihitung
jumlahnya, baik yang bersifat maujud
-seperti manusia, binatang dan barang- maupun yang bersifat konsep.
Frasa wong loro ‘dua orang’ terdiri atas wong (nomina) dan loro (numeralia).
1.2 Ciri-ciri Numeralia
Ada
dua ciri yang dapat digunkan untuk mengenali numeralia,yaitu ciri morfemis dan
sintaksis. Ciri morfemis dikenali melalui bentuk –bentuk numeralia,ciri
sintaksis dapat dikenali melalui perilakunya dalam tataran frase dan
klausa.Seperti penjelasan dibah ini:
a) Numeralia
dapat berangkai dengan nomina.Jika terletak disebelah kiri nomina,numeralia
menggunakan pengikat (ligatur)-ng/ang
(bagi numeralia dibawah angka 10 kecuali enem “enam”),yang berfungsi
mengikat hubungan antara numeralia dan nomina atau numeralia dengan
numeralia.Numeralia letak kiri (dengan pengikat) muncul jika digunakan
bersama-sama dengan nominal penunjuk satuan ukuran atau dengan satuan bilangan.
Contoh:
limang piring ‘’lima piring”
Pitung meter ‘’tujuh meter”
Wolung atus ‘’delapan ratus’’
Enem bungkus “enam bungkus”
Rong kepel ‘’dua kepal’’
Sangang who ‘’sembilan buah”
Jika
terletak disebelah kanan nomina ,numeralia tidak memerlukan pengikat(ligature).
Contoh:
Kursi lima “lima kursi”
Meja loro “dua meja”
Wong siji “satu orang”
Hal yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan numeralia letak kiri ialah factor-faktor yang
menentukan kemunculan pengikat (ligatur).Dalam hal ini,pengikat – ng muncul
jika numeralia (yang dalam letak kiri itu) berakhir dengan fokal (telu
-> telung) sedang makna partikel –
ang muncul jika numeralia berakhir dengan konsonan (papat -> patang)
pengecualian terjadi pada numeralia enem ‘’enam”.Numeralia enem tidak memrlukan
makna partikel pengikat (ligatur) karna sudah berkhir dengan konsonan
M.Numeralia siji ‘’satu” tidak pernah terletak disebelah kiri nomina.Sebagai
gantinya digunakan prefik sa –yang berfariasi dengan sa - ,misal sagentong
‘’satu tampeyan” , segelas ‘’satu gelas”
b) Numeralia
dapat berangkai dengan kata mbakah ‘’demi…’’
Contoh:
Mbaka siji ‘’satu persatu,satu demi
satu’’
Mbaka telu ‘’persatuan yang
masing-masing terdiri atas tiga’’
Mbaka setitik ‘’sedikit demi
sedikit”
c) Numeralia
dapat berangkai dengan kata ping/kaping ‘’kali’’.
Contoh:
Kaping wolulas ‘’delapan belas
kali’’
Kaping sanga ‘’sembilan kali’’
Ping akeh ‘’berkali-kali’’
Ping papat ‘’empat kali’’
a.
Bentuk
Numeralia
Dilihat dari bentuknya, Numeralia
digolongkan menjadi:Numeralia Monomorfemis dan Numeralia polimorfemis.
a. Numeralia
Monomorfemis
adalah numeralia
yang terdiri atas satu morfem.Dalam bahasa Jawa numeralia Monomorfemis terdiri
atas numeralia nol sampai dengan sanga (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9).
b. Numeralia
Polimorfemis
Adalah dibentuk
melalui beberapa proses morfemis,yaitu 1. Afiksasi yang menghasilkan numeralia
berafiks, 2. Pengulangan yang menghasilkan numeralia ulang, 3. pemajemukan yang
menghasilkan numeralia majemuk.
1) Numeralia
berafiks
Terbagi menjadi
tiga.
·
Numeralia
berprefiks,yaitu numeralia dengan tambahan afik didepan bentuk dasar. Contoh:
Mapat (papat’empat’ + N) ‘’masing-masing
satuan terdiri atas empat’’
Mitu (pitu’tujuh’ + N) ‘’masing-masing satuan terdiri atas
tujuh’’
Nyiji (satu’satu’ + N) “masing-masing satu’’
·
Numeralia bersufiks,yaitu
numeralia dengan tambahan afiks dibelakang bentuk dasar.
Contoh:
Lima (lima’lima’ + a) ‘’meskipun lima’’
Piton (pitu’tujuh’ + an) ‘’satuan berjumlah tujuh’’
Wlon (wolu’delapan’ + an) ‘’satuan berjumlah delapan’’
·
Numeralia
berkonfiks,yaitu numeralia dengan tambahan konfiks pada bentuk dasar.
Contoh:
Sekalian(karma) (kalih ’dua’ + sa/an) berdua
Sakabehan (kabeh ‘semua’ + sa/an) semuanya
2) Numeralia
bentuk ulang
Numeralia bentuk
ini dapat dibedakan menjadi 3 macam.
·
Numeralia ulang
penuh,yaitu numeralia yang bentuk dasarnya diulang secara keseluruhan.numeralia
ini ada 2 macam:
1. Numeralia
ulang tanpa perubahan vocal
contoh:
akeh-akeh (akeh ‘banyak’ + U) ‘’banyak-banyak’’
loro-loro (loro ‘dua’ + U) “dua-dua”
2. Numeralia
ulang penuh dengan perubahan vocal
contoh:
sija-siji (siji’satu’ + Upv) ‘’berulang-ulang mengatakan siji’’
tela-telu (telu’tiga’ + Upv) ‘’berulang-ulang mengatakan telu’’
·
Numeralia ulang
persial,yaitu numeralia hasil pengulangan konsonan awal bentuk dasar dengan
penambahan vocal
Contoh:
Lelima (lima ‘lima’ + Up)
‘kelima-limanya’(tanpa terkecuali)
Pepitu (pitu ‘tujuh’ + Up)
‘ketujuh-tujuhnya’(tanpa ter-kecuali)
3) Numeralia
bentuk majemuk
Berdasarkan
konstituan pembantukannya ,numeralia majmuk dapat dibedakan menjadi 2 macam.
1.
Konstituen
pembentukannya berupa morfem asal plus morfem pangkal.
Contoh:
Limalas (lima’lima’ + las ‘belas)
‘’lima belas”
Wolulas (wolu’delapan’ + las
‘belas’) “delapan balas”
2.
Konstituen pembentuknya
berupa morfem pangkal plus morfem pangkal.
Contoh:
Patang puluh (patang’empat’ +
puluh’puluh’) “empat puluh”
Rong puluh (rong’dua’ + puluh
‘puluh’) ‘’dua puluh”
4) Numeralia
bentuk kombinasi
Pembentukannya terbagi
menjadi 2 macam.
1. Kombinasi
antara afiksasi dan pengulangan secara serempak
Contoh:
Mayuta-yuta (yuta ’juta’ + Ma/U) ‘’berjuta-juta
Yuta-yutawan (yuta ‘juta’ + an/U) “berjuta-juta
2. Kombinasi
antara afiksasi dan pemajemukan secara serempak.
Contoh:
Kapat sasur (pat sasur + ka) “tiga puluh lima”
Saprawolon (prawolu ‘perdelapan’ + Sa/an) “seperdelapan.
4. Subkategorisasi Numeralia Berdasarkan Referennya
Berdasarkan
referennya, numeralia dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) numeralia pokok,
(2) numeralia pecahan dan 930 numeralia tingkat.
4.1 Numeralia Pokok
Numeralia pokok adalah
bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan yang lain. Numeralia
poko terbagi menjadi : (a) numeralia pokok tentu, (b) pokok tertentu, (c) pokok
kolektif, (d) pokok distributive, dan (e) pokok klitika.
a) Numeralia
Pokok Tentu
Numeralia
Pokok tentu mengacu kebilangan pokok dan dapat menjawab pertanyaan yang
menggunakan pronomina interogatif pria
‘berapa’ dengan jumlah yang pasti. Numeralia jenis ini mengacu pada bilangan nol ‘nol’ sampai tak terhingga. Jika
ditinjau dari bentuknya, numeralia pokok tentu ini meliputi bentuk monomerfemis
dan polomorfemis.
Contoh:
Pitu ‘tujuh’ telulas ‘tiga belas’
Wolu ‘delapan’ wolulas
‘delapan belas’
Numeralia pitu dan wolu adalah
numeralia monofermis, sedangkan telulas
dan wolulas adalah numeralia
polifermis yang berupa majemuk. Keempat numeralia itu menyatakan jmlah tertentu
dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan pronomina interogatif pira ‘berapa’.
b) Numeralia
Pokok Taktentu
Numeralia
Pokok Taktentu menyatakan jumlah yang tidak tentu dan tidak dapat menjawab
secara pasti pertanyaan yang bermakna pira
‘berapa’. Dengan kata lain , numeralia ini tidak mengacu pada bilangan
tertentu. Numeralia ini, antara lain akeh
banyak, sethithik sedikit, kabeh
semua, sawetara beberapa, semene sejumlah sekian ini’.
Contoh:
Akeh
wong ‘banyak orang’
Dhuwite Pirang-pirang ‘uangnya
banyak sekali’
Kabeh
kewan
‘semua binatang’
Sayur
Sathithik ‘sayur sedikit’
Sawetara
dina ‘beberapa
hari’
c) Numeralia
Pokok Kolektif
Numeralia
pokok kolektif adalah numeralia yang menunjukan himpunan, kumpulan, atau
kesatuan. Jika kumpulan itu terdiri atas dua, digunakan numerlia sakloron ‘berdua’;
seperti aku sakloron ‘kami berdua’. Dalam hal ini, terdapat nomina atau
pronomina yang mendahuluinya. Jika nomina atau pronomina tidak hadir ,
numeralia kolektif yang dipakai ilah yang berbentuk ulang + sufiks -e/ne-
seperti loro-lorone ‘kedua-duanya’, telu-telune ‘ketiga-tiganya’,
lima-limane ‘kelima-limane’.
Didalam
bentuk krama dimungkinkan adanya numeralia pokok kolektif berbentuk
ulang. Pengulangan ini berupa pengulangan konsonan awal bentuk dasar disertai
dengan tambahan vokal /a/
Contoh:
Kekalih ‘berdua’
Tetiga ‘bertiga’
Disamping
itu terdapat numeralia pokok kolektif yang dibentuk dari bentuk dasar yang
berupa bentuk ulang + ma - atau bentuk dasar +-an.
Contoh:
Ewon ‘ribuan’
Mayuta-myuta
‘berjuta-juta’
Yutaan ‘jutaan’
d) Numeralia Pokok
Distributif
Numeralia
Pokok distribusi adalah numeralia yang menunjukan keterbagian dan kebergiliran.
Numeralia ini di bentuk dari numeralia pokok ditambah dengan kata mbaka ‘per,
demi’ disebelah kirinya atau dengan mengulangnya.
Mbaka
siji satu per satu Siji-siji
‘satu persatu’
Mbaka
lima ‘lima-lima lima-lima
‘lima-lima’
Disamping
dengan proses pengulangan, dalam pembentukan numeralia distributif sering
disertakan afiks nasal.
Contoh:
1. a.
Wong-wong mau oleh panduman siji-siji
“Orang-orang
tadi mendapat bagian satu-satu”
b. Wong
mau oleh panduman nyiji-nyiji
“Orang-orang tadi
mendapat bagian satu-satu”
2. a.
Kabeh diwenehi telu-telu
“semua diberi
tiga-tiga”
b.
Kabeh diwenehi nelu-nelu
“semua diberi tiga-tiga”
3. a.
Bocah-bocah padha oleh paringan loro-loro.
“anak-anak semua
mendapat pemberian dua-dua”
b. Bocah-bocah padha oleh paringan ngloro-loro”
“anak-anak semua
mendapat pemberian dua-dua”
e) Numeralia
Pokok Klitika
Disamping
numeralia pokok yang telah disebutkan diatas, terdapat pula numeralia lain yang
di pungut dari bahasa jawa kuno.
Contoh;
Eka ‘satu’ Sad
‘enam’
Dwi ‘dua’ Sapta
‘tujuh’
Tri ‘tiga’ Hasta
‘delapan’
Catur ‘empat’ Nawa
‘sembilan’
Panca ‘lima’ Dasa
‘sepuluh’
4.2 Numeralia pecahan
Numeralia pecahan
adalah numeralia yang menyatakan bilangan pecahan. Cara pembentukannya dengan
membagi sebuah bilangan pokok. Bilangan pembagi dapat dengan atau tanpa
pMaknakel -ng/-ang. Bilangan penyebut dapat tanpa prefiks atau dengan sufiks
-an. Didalam bentuk huruf, pra- diletakan pada bilangan yang mengikutinya.
Didalam bentuk angka dipakai pembagi garis yang memisahkan kedua bilangan itu.
Contoh:
Numeralia Pecahan Angka
Seprapat 1/4
‘seperempat’
Sapralima 1/5
‘seperlima’
Sapratelon 1/3
‘sepertiga’
Rongpratelon 2/3
‘dua pertiga’
Telung Prapat 3/4
‘tiga perempat’
Bilangan pecahan dapat
mengikuti bilangan pokok
Contoh:
Numeralia Pecahan Angka
Loro seprapat 2
1/4 ‘dua seperempat’
Telu seperlima 3
1/5 ‘tiga seperlima’
Papat telungprapat 4
3/4 ‘empat tiga per empat’
4.3 Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat
di ubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya dengan menambahkan kaping/ping
‘kali’ atau ka- ‘ke’.
1.
Numeralia tingkat di
bentuk dengan menambahkan kata kaping/ping ‘kali’ di depan bilangan bersangkutan.
Contoh:
Kaping siji ‘satu kali’ ping
pat ‘empat kali’
Kaping loro ‘dua kali’ ping
lima ‘lima kali’
Kaping telu ‘tiga kali’ ping
nem ‘enam kali’
2.
Numeralia tingkat di
bentuk dengan menambahkan bentuk terikat Ka- pada bilangan yang
bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula kata kapisan.
Contoh
Kasiji/kapisan ‘pertama’ Kanem
‘keenam’
Kaloro ‘kedua’ Kapitu
‘ketujuh’
Katelu ‘ketiga’ Kawolu
‘kedelapan’
Kapapat ‘keempat’ Kasanga
‘kesembilan’
Kalima ‘kelima’ Kasepuluh
‘kesepuluh’
4.4 Numeralia Ukuran
Subkategori nomina ada
yang menyatakan ukuran yang berkaitandengan jumlah, berat ringan, atau panjang
pendek, yang disebut numeralia ukuran. Numeralia ukuran itu dapat diikuti
numeralia pokok tentu atau numeralia pecahan sehingga terbentuk numeralia
majemuk.
Contoh:
Pitung lusin ‘tujuh lusn’
Sepuluh kodi ‘sepuluh kodi’
Setengah liter ‘setengah liter’
Telung prapat gram ‘tiga perempat gram’
4.5 Numeralia Penggolong
Disamping pelbagai
jenis numeralia diatas didalam bahasa jawa terdapat sejumlah kata yang
berfungsi menggolong-golongkan nomina maujud kedalam kategori tertentu.
Sesisir pisang, misalnya didalam bahasa jawa dikatakan gedhang selirang;
sehelai benang dikatakan sa(e)ler benang. Kata-kata sejenis itu
disebut numeralia penggolong dan dapat diikuti numeralia pokok tentu atau
numeralia pecahan. Berikut ini sejumlah numeralia penggolong didalam bahasa
jawa.
Ajar ‘ulas’ kata untuk
jeruk jeruk rong ajar → (jeruk
rong ajar‘dua ulas jeruk’)
Dhapur ‘rumpun’ untuk
bambu, tebu → (pring telung
dhapur ‘tiga rumpun bambu’)
(e)las ‘butir’ untuk
padi, beras → (beras limang las ‘lima belas butir beras’)
Glintir ‘gelintir’ untuk
tembakau, candu, obat →
(obat telung glintir ‘tiga butir obat’)
Lembar ‘lembar’ untuk
kertas, daun, kain → (kertas
saklembar ‘satu lembar kertas’)
Lirang ‘sisir’ untuk
pisang → (gedhang rong
lirang ‘dua sisir piasng’)
Pasang ‘pasang’ untuk
sepatu, sandal → (sepatu
rong pasang ‘dua pasang sepatu’)
Pengadeg ‘setel’ untuk
pakaian → (sandhangan
supengadeg ‘satu stel pakaian’)
Puluk ‘suap’ untuk nasi
→ (sega limang puluk
‘lima suap nasi’)
Siyung ‘ulas’ untuk
bawang → (bawang saksiyung
‘seulas bawang’)
Tetes ‘tetes’ untuk
benda cair → (banyu rong
tetes ‘dua tetes air’)
Tundhum ‘tandan’ untuk
pisang → (gedhang setengah
tundhun ‘setengah tandan pisang’)
Wuli ‘butir’ untuk padi
→ (pari telung wuli ‘tiga
butir padi’)
5.1
Pengertian Frasa Numeralia
Frasa
numeralia adalah satuan gramatikal yang keseluruhan distribusinya dapat
digantikan oleh konstituenya yang berupa numeralia. Dalam hal ini, numeralia
itu menjadi konstituen inti.
Contoh :
a. Regane wae satus ewu rupiyah.
‘harganya saja seratus
ribu rupiah.’
Regane
wae satus ewu.
‘harganya saja serratus
ribu’
b.
Ingon-ingone
we (ana) akeh banget.
‘ternaknya saja ada
banyak sekali’
Ingon-ingone
we (ana) akeh.
‘ternaknya saja ada
banyak’
c.
Dhuwit
iki dipara loro wae.
‘uang ini dibagi dua
saja’
Dhuwit
iki dipara loro.
‘uang ini dibagi dua’
d.
Dheweke
lunga patang sasi kepungkur.
‘dia pergi empat bulan
yang lalu’
Dheweke
lunga patang sasi.
‘dia pergi empat bulan’
Bahwa
satuan gramatikal satus ewu rupiyah, akeh
banget, loro wae, dan patang sasi
kepungkur berdistribusi sejajar dengan konstituen satus ewu, akeh, loro, dan patang
sasi.
5.2
Jenis dan Struktur Frasa Numeralia
Berdasarkan
strukturnya, frasa numeralia dapat diperinci menjadi dua yaitu, frasa numeralia
simpleks dan kompleks. Berdasarkan sifat hubungan antar konstituennya, frasa
numeralia dibagi menjadi tiga yaitu, frasa numeralia koordinatif, modifikatif,
dan frasa numeralia apositif.
1. Frasa
Numeralia Simpleks
Adalah
satuan gramatikal yang tersusun dari satu atau dua numeralia sebagai konstituen
inti (bergantung sifat struktur frasa) dan satu konstituen lain sebagai
pewatas.
a. Frasa
Numeralia Simpleks Koordinatif
Adalah
satuan gramatikal yang dibangun dari tiga konstituen. Dua konstituen berupa
numeralia sebagai konstituen inti, satu konstituen lain berupa konjungsi. Ada
dua macam numeralia yang menjadi konstituen inti yaitu :
·
Frasa Numeralia Tentu
Simpleks Koordinatif
Terbentuk
dengan menggabungkan dua numeralia tentu dan sebuah konjungsi. Konjungsi yang
digunakan dapat utawa’atau’, lan ‘dan’, tekan ‘sampai’, nganti
‘sampai’, atau banjur ‘lalu’.
Contoh
:
Lima nganti sanga
‘lima sampai sembilan’
Lima banjur wolu
‘lima lalu delapan’
Loro utawa siji
‘ dua atau satu’
Loro lan telu
‘ dua dan tiga’
Wolu tekan sepuluh
‘delapan sampai sepuluh’
·
Frasa Numeralia
Taktentu Simpleks Koordinatif
Terbentuk
dengan merangkaikan dua numeralia taktentu dan sebuah konjungsi. Konjungsi yang
digunakan dapat utawa’atau’, lan ‘dan’, tekan ‘sampai’, nganti
‘sampai’, atau banjur ‘lalu’.
Contoh
:
Akeh utawa sethithik
‘banyak atau sedikit’
Akeh lan sethithik
‘banyak dan sedikit’
Atusan banjur ewon
‘ratusan lalu ribuan’
Puluhan nganti atusan
‘puluhan sampai ratusan’
Sepuluh ewonan tekan yutan
‘(se)puluh ribuan sampai jutaan’
b. Frasa
Numeralia Simpleks Modifikatif
Adalah
satuan gramatikal yang dibangun dari dua konstituen. Satu konstituen berupa
numeralia sebagai konstituen inti, satu konstituen lain berupa pewatas atau
modifikator. Ada dua macam numeralia yang menjadi konstituen inti yaitu :
·
Frasa Numeralia Tentu
Simpleks Modifikatif
Terbentuk
dengan merangkaikan dua numeralia tentu atau merangkaikan sebuah numeralia
tentu dengan sebuah kata lain. Pembentuknya sebagai berikut :
1. Numeralia
tentu dirangkaikan dengan numeralia tentu.
Contoh :
Limang
ewu ‘lima ribu’ satus seket ‘seratus lima puluh’
Lima
prasepuluh ‘lima persepuluh’ siji setengah ‘satu setengah’
2. Numeralia
tentu dirangkaikan dengan adverbial seperti wis
‘sudah’, meh ‘hampir’, durung ‘belum’.
Contoh :
Durung
sapraenem ‘belum seperenam’ meh sewu ‘hampir
sewu’
Lagi
seprapat ‘baru seperempat’ wis satus ‘sudah
seratus’
3. Numeralia
tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Limang
omah ‘lima rumah’ setengah
kilometer ‘setengah kilometer’
Limang
sasi ‘lima bulan’ sewu uwit
‘seribu pohon’
Contoh pada nomo 3
hanya berlaku jika perincian nomina atau frasa nominal sampai pada pemilahan
nomina, pronominal, dan numeralia. Dalam ini, numeralia sebagai inti terjadi
jika numeralia atau frasa numeralia itu mengisi predikat.
a. Limang omah wis ambruk.
‘lima rumah sudah roboh.’
b. *Omah wis ambruk.
‘Rumah sudah roboh.’
Ø Sing wis ambruk ora limang omah, nanging nem omah.
o ‘yang
sudah roboh bukan lima rumah, melainkan enam rumah.’
Ø Sing wis ambruk ora lima, nanging nem (omah).
o ‘yang
sudah roboh bukan lima, melainkan enam.’
Ø Sing wis ambruk dudu omah, nanging kandhang.
o ‘yang
sudah roboh bukan rumah, melainkan kandhang.’
Ø Sing wis ambruk dudu omah, nanging nem (omah).
o ‘yang
sudah roboh bukan rumah, melainkan enam (rumah).’
·
Frasa Numeralia Tak
tentu Simpleks Modifikatif
Terbentuk
dengan merangkaikan dua numeralia tak tentu atau merangkaikan sebuah numeralia
tak tentu dengan sebuah kata lain. Pembentukannya sebagai berikut.
1. Sebuah
numeralia tak tentu dirangkaikan dengan numeralia tak tentu yang lain.
Contoh :
Ewon
kabeh (dhuwite) ‘ribuan semua (uangnya)’
Pirang-pirang
ewu ‘beribu-ribu’
Saperangan
yuta ‘sebagian juta’
2. Numeralia
tak tentu dirangkaikan dengan adverbial seperti wis ‘sudah’, meh
‘hampir’, durung ‘belum’.
Contoh :
Durung
yutan ‘belum jutaan’ meh kabeh
‘hampir semua’
Lagi
sawetara ‘baru sebagian’ wis akeh ‘sudah
banyak’
3. Numeralia
tak tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Akeh
uwong ‘banyak orang’ kabeh omah
‘semua rumah’
Ewon
uwit ‘ribuan pohon’ pirang-pirang
jam ‘berjam-jam’
c. Frasa
Numeralia Simpleks Apositif
Adalah
satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya tersusun dari dua kontituen. Satu
atau dua konstituen (bergantung pada jenis frasa numerialnya) berupa numerial
sebagai konstituen inti. Satu konstituen lain sebagai modifikator. Secara
referensial, modifikator memiliki acuan yang sama dengan acuan konstituen inti.
Oleh sebab itu, konstituen inti dan konstituen modifikator dapat saling
menggantikan tanpa menyebabkan terjadinya peluasan atau penyempitan informasi.
Contoh
:
a. Lelorone, jago kepruke, gage nemoni aku.
‘dua-duanya, tukang
pukulnya, segera menemui aku.’
b. Tetelune, adhiku, timbale dening Bapak.
‘ketiganya, adik saya,
dipanggil oleh Ayah.’
c.
Kabeh,anak-anake, wis padha nyambut gawe.
‘semua, anak-anaknya,
sudah bekerja.’
2. Frasa
Numeralia Kompleks
Adalah
satuan gramatikal yang dibangun dari sekurang-kurangnya sebuah frasa numeralia
simpleks dan sebuah konstituen lain atau dua frasa numeralia simpleks
modifikatif yang dikoordinatifkan. Jadi berkebalikan dengan frasa numeralia
simpleks, salah satu konstituen dari frasa numeralia kompleks selalu berupa
frasa.
a. Frasa
Numeralia Kompleks Koordinatif
Adalah
satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya tersusun dari frasa numeralia
simpleks dan sebuah konstituen lain atau dua frasa numeralia simpleks
modifikatif yang dikoordinatifkan. Konstituen yang berupa frasa numeralia
menjadi konstituen inti dan konstituen lain sebagai modifikator. Konstituen
yang berupa frasa numeralia tentu simpleks koordinatif maupun frasa numeralia
tak tentu simpleks koordinatif. Konstituen yang berfungsi sebagai modifikator
dapat berupa adverbial atau nomina. Pembentukan frasa numeralia kompleks
koordinatif sebagai berikut.
1. Sebuah
frasa numeralia simpleks koordinatif dirangkaikan dengan sebuah atau beberapa
adverbia.
Contoh:
Isih
atusan utawa malah wis ewon
‘masih ratusan atau malah sudah ribuan’
Kudu
akeh utawa sethithik ‘harus
banyak atau sedikit’
Mung lima utawa pitu thok ‘hanya
lima atau tujuh saja’
Wolu tekan sepuluh wae ‘delapan
sampai sepuluh saja’
Tetep
atusan nganti ewon wae ‘tetap
ratusan sampai ribuan saja’
2. Sebuah
frasa numeralia simpleks koordinatif dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Atusan banjur ewon wong
‘ratusan lalu ribuan orang’
Nem utawa wolung omah
‘enam atau delapan rumah’
Seket nganti sewidak wit
‘lima puluh sampai enam puluh pohon’
Sepuluh tekan selawe kothak
‘sepuluh sampai dua puluh lima kotak’
3. Dua
frasa numeralia simpleks modifitif atau lebih dirangkaikan secara koordinatif.
Contoh :
Pitung atus nganti pitung atus lima
‘tujuh ratus sampai tujuh ratus lima’
Rong piring utawa patang piring
‘dua piring atau empat piring’
Sauwong utawa limang uwong
‘satu orang atau lima orang’
Sepuluh meter nganti rolas meter
‘sepuluh meter sampai dua belas meter’
4. Frasa
numeralia simpleks modifikatif yang sekurang-kurangnya dirangkaikan dengan
sebuah adverbial.
Contoh :
Mung rong atus nganti rong atus telu
‘ hanya dua ratus sampai dua ratus tiga’
Mung
lagi lima utawa nem unting thok
‘hanya baru lima atau enam ikat saja’
Ora
saomah utawa telung omah
‘tidak serumah atau tiga rumah’
Sakothak utawa limang
kothak
wae ‘satu kotak atau lima kotak saja’
b. Frasa
Numeralia Kompleks Modifikatif
Adalah
satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya disusun dari sebuah frasa numeralia
simpleks modifikatif dan sebuah konstituen lain. Konstituen yang berupafrasa
numeralia menjadi konstituen inti. Konstituen yang berupa frasa numeralia ini
dapat berupa bilangan tentu atau tak tentu. Pembentukan frasa numeralia
kompleks modifikatif sebagai berikut.
1. Frasa
numeralia tentu dirangkaikan dengan numeralia tentu atau sebaliknya.
Contoh :
Limang
atus ewu ‘lima ratus ribu’
Pitung
atus sanga ‘tujuh ratus sembilan’
Wolu
lima saprotelon ‘delapan lima-pertiga’
Wolung
puluh lima saprotelon ‘delapan puluh lima
sepertiga’
2. Frasa
numeralia tentu dirangkaikan dengan adverbial seperti wis ‘sudah’, meh
‘hampir’, durung ‘belum’, lagi ‘baru’.
Contoh :
Durung
lima praenem ‘belum lima perenam’
Lagi
telu seprapat ‘baru tiga seperempat’
Meh
sewu satus ‘hampir seribu seratus’
Wis
satus seket ‘sudah serratus lima puluh’
3. Frasa
numeralia tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Lagi
limang omah ‘baru lima rumah’
Meh
sewu uwit ‘hampir seribu pohon’
Mung
setengah kilometer ‘hanya setengah
kilometer’
c. Frasa
Numeralia Kompleks Apositif
Adalah
satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya, tersusun dari sebuah frasa numeralia
simpleks apositif dan sebuah konstituen yang lain. Konstituen yang berupa frasa
numeralia kompleks apositif menjadi konstituen inti, konstituen lain menjadi
modifikator.
Contoh
:
a.
Mung cah loro, Ardi lan
Wawan,
sing ketampa ing UGM (universitas Gajah Mada).
‘hanya dua ana,Ardi dan
Wawan, yang diterima di UGM (universitas Gajah Mada).’
b.
Sing
aja nganti dilanggar rong prekara, dina weton lan mantenmu.
‘yang jangan sampai
dilanggar dua hal, nama pasarn hari kelahiran dan hari pernikahanmu.’
c.
Ora kabeh, watara sapretelon, sing diasta dening Bapak.
‘tidak semuanya,
sekitar dua pertiga, yang dibawa Ayah.’
5.3
Frasa
Numeralia Berdasarkan Hubungan Makna Antarkonstituennya
1. Frasa
Numeralia Aditif
Adalah
yang hubungan makna antarkonstituenya berupa penambahan. Konstituen berfungsi
sebagai informasi tambahan bagi informasi konstituen yang lain. Frasa ini hanya
terjadi pada frasa numeralia yang terkonstruksi secara koordinatif, dan ditandi
dengan pemakaian konjungsi seperti lan ‘dan’, uga ‘juga’, sarta ‘serta’, dan
karo ‘dengan’. Frasa ini dibentuk dengan merangkaikan sekurang-kurangnya dua
numeralia, baik dengan atau tanpa adverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa
numeralia modifikatif. Biasanya dapat terjadi pada frasa numeralia tentu maupun
tak tentu.
1) Frasa
Numeralia Aditif Tentu
Contoh :
Lagi
limang kothak sarta pitung kothak ‘baru lima
kotak dan tujuh kotak’
Lima
lan enem ‘lima dan enam’
Ping
lima lan eneme ‘yang kelima dan keenamnya’
Wis
sapi telu sarta wedhus wolu ‘sudah tiga sapid an
delapan kambing’
2) Frasa
Numeralia Aditif Tak tentu
Contoh :
Atusan,
ewon, uga kethen ‘ratusan, ribuan, juga seratus
ribuan’
Kethen
uga yutan ‘puluhan ribu juga jutaan’
Puluhan,
las-lasan, lan likuran ‘puluhan, belasan, dan
dua puluhan’
Sithik
lan akeh ‘sedikit dan banyak’
Yutan
karo milyaran ‘jutaan dan milyaran’
2. Frasa
Numeralia Alternatif
Frasa
numeralia yang hubungan makna antarkonstituenya berupa pemilihan. Beberapa
konstituen lain berfungsi sebagai informasi alternative bagi informasi
konstituen yang lain. Frasa ini terjadi pada numeralia yang terkonstruksi
secara koordinatif, dan biasanya memakai konjungsi utawa ‘atau’. Frasa ini dapat dibentuk dengan merangkaikan
sekurang-kurangnya dua numeralia, baik dengan atau tanpa adverbial, atau dengan
merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Dapat terjadi pada frasa
numeralia tentu dan tak tentu.
1) Frasa
Numeralia Alternatif Tentu
Contoh :
Arep
wolu utawa sanga ‘akan delapan atau sembilan’
Lagi
lima utawa sepuluh omah ‘baru lima atau
sepuluh rumah’
Lima
utawa sepuluh ‘lima atau sepuluh’
Patang
puluh utawa patang puluh lima ‘empat puluh atau
empat puluh lima’
2) Frasa
Numeralia Alternatif Tak tentu
Contoh :
Akeh
utawa sethithik ‘banyak atau sedikit’
Kabeh
utawa saperangan ‘semua atau sebagian’
Lagi
puluhan utawa atusan wong ‘baru puluhan atau
sudah ratusan orang’
3. Frasa
Numeralia Urutan
Adalah
frasa yang hubungan anatar konstituenya bermakna kesinambungan. Frasa jenis ini
ditandai dengan pemakaian konjungsi banjur
‘lalu’, terus ‘lalu’, nuli ‘lalu. Frasa numeralia urutan
dibentuk dengan merangakaikan serkurang-kurangnya dua numeralia, baik dengan
atau tanpaadverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif.
Contoh
:
Atusan terus ewonan
‘ratusan lalu ribuan’
Puluhan nuli las-lasan ‘puluhan
kemudian belasan’
Sethithik banjur akeh ‘sedikit
lalu banyak’
Wolung sasi terus rong taun’delapan
bulan kemudian dua tahun’
4. Frasa
Numeralia Kepastian
Adalah
frasa yang hubungan anatar konstituenya bermakna pemastian. Frasa jenis ini
ditandai dengan pemakaian adverbia seperti lagi
‘baru’, isih ‘masih’, mung ‘hanya’, thok ‘saja’. Frasa ini hanya terjadi pada frasa numerial
modifikatif.
Contoh
:
Isih lima
‘masih lima’
Lagi sapratelon
‘baru sepertiga’
Mung satus seket
‘hanya seratus lima puluh’
Setengah kilo thok
‘setengah kilo saja’
5. Frasa
Numeralia Pembatasan
Adalah
frasa yang hubungan anatar konstituenya saling membatasi. Frasa jenis ini
ditandai dengan pemakaian konjungsi nganti
‘sampai’, tekan ‘sampai’. Frasa
numeralia ini dibentuk dengan merangkaikan dua numeralia tentu, baik dengan
atau tanpa adverbial, atau dengan meramgkaikan dua frasa numeralia modifikatif.
Contoh
:
Lagi wolung bungkus nganti rolas wungkus
‘baru delapan bungkus hingga dua belas bungkus’
Limang omah nganti sepuluh omah
‘ lima rumah sampai sepuluh rumah’
Watara separo nganti telung prapat
‘sekitar separo sampaitiga perempat’
5.4
Fungsi Sintaksis Numeralia dan Frasa Numeralia
1. Mengisi
fungsi modifikator (sejauh tidak mengisi predikat).
Contoh :
Bocah
lima ‘lima anak’
Kertas
telung lembar ‘tiga lembar kertas’
Kursi
seket lima ‘lima puluh luma buah kursi’
Wong
akeh ‘orang banyak’
2. Mengisi
fungsi predikat
Contoh :
Putrane
Pak Karta telu ‘anaknya Pak Karta tiga’
Adhiku
loro ‘adik saya dua’
Regane
loro setengah yuta ‘harganya dua setengah
juta’
Wektu
kuwi sawahe Pak Dirham isih pirang-pirang.
‘waktu itu sawah Pak
Dirham masih banyak’
Wong
sing teka akeh banget.
‘Orang yang dating
banyak sekali’
3. Mengisi
fungsi pelengkap.
Contoh :
Omahe
tingkat telu.
‘Rumahnya tingkat tiga’
Dhuwitbathen
mau dipara dadi lima.
‘Uang laba itu dibagi
menjadi lima’
Saben
uwong tampa siji sapratelon
‘tiap orang menerima
satu sepertiga’
Sawah
tinggalane won tuwane dipara telu thok
‘Sawah warisan orang
tuanya hanya dibagi tiga’
Dhewekemung
tuku telung ler
‘Dia hanya membeli tiga
batang’
4. Mengisi
fungsi keterangan
Contoh :
Putrane
didangu siji-siji
‘anaknya ditanyai satu
persatu’
Sedina
dheweke mung mangan ping pindho
‘Sehari dia hanya makan
dua kali’
Saben
dinane dheweke ngombe obat mau kaping telu
‘Setiap hari diameminum
obat tadi tiga kali’
Saben
saombenan okehe telung sendhok
‘Setiap minum banyaknya
tigasendok’
Telung
taun maneh sekolahe rampung
‘tiga tahun lagi
sekolahnya selesai’
Wedhawati, dkk. Tata Bahasa Jawa Mutakhir.2006.PENERBIT
KANISIUS:Yogyakarta
Handout
Morfologi Lanjut Bahasa Jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar