Sabtu, 13 Desember 2014

               
1.1 Batasan Numeralia
Numeralia adalah kata yang digunakan untuk membilang hal yang diacu nomina. Oleh karena itu,numeralia lazim disebut dengan kata”kata bilangan”. Hal yang diacu numeralia terbatas pada hal yang dapat dihitung jumlahnya, baik yang bersifat maujud  -seperti manusia, binatang dan barang- maupun yang bersifat konsep. Frasa wong loro ‘dua orang’ terdiri atas wong (nomina) dan loro (numeralia).
1.2 Ciri-ciri Numeralia
Ada dua ciri yang dapat digunkan untuk mengenali numeralia,yaitu ciri morfemis dan sintaksis. Ciri morfemis dikenali melalui bentuk –bentuk numeralia,ciri sintaksis dapat dikenali melalui perilakunya dalam tataran frase dan klausa.Seperti penjelasan dibah ini:
a)     Numeralia dapat berangkai dengan nomina.Jika terletak disebelah kiri nomina,numeralia menggunakan pengikat (ligatur)-ng/ang  (bagi numeralia dibawah angka 10 kecuali enem “enam”),yang berfungsi mengikat hubungan antara numeralia dan nomina atau numeralia dengan numeralia.Numeralia letak kiri (dengan pengikat) muncul jika digunakan bersama-sama dengan nominal penunjuk satuan ukuran atau dengan satuan bilangan.
Contoh: limang piring ‘’lima piring”
            Pitung meter ‘’tujuh meter”
            Wolung atus ‘’delapan ratus’’
            Enem bungkus “enam bungkus”
            Rong kepel ‘’dua kepal’’
            Sangang who ‘’sembilan buah”
Jika terletak disebelah kanan nomina ,numeralia tidak memerlukan pengikat(ligature).
Contoh:
            Kursi lima “lima kursi”
            Meja loro “dua meja”
            Wong siji “satu orang”
Hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan numeralia letak kiri ialah factor-faktor yang menentukan kemunculan pengikat (ligatur).Dalam hal ini,pengikat – ng muncul jika numeralia (yang dalam letak kiri itu) berakhir dengan fokal (telu ->  telung) sedang makna partikel – ang muncul jika numeralia berakhir dengan konsonan (papat -> patang) pengecualian terjadi pada numeralia enem ‘’enam”.Numeralia enem tidak memrlukan makna partikel pengikat (ligatur) karna sudah berkhir dengan konsonan M.Numeralia siji ‘’satu” tidak pernah terletak disebelah kiri nomina.Sebagai gantinya digunakan prefik sa –yang berfariasi dengan sa - ,misal sagentong ‘’satu tampeyan” , segelas ‘’satu gelas”
b)      Numeralia dapat berangkai dengan kata mbakah ‘’demi…’’
Contoh:
            Mbaka siji ‘’satu persatu,satu demi satu’’
            Mbaka telu ‘’persatuan yang masing-masing terdiri atas tiga’’
            Mbaka setitik ‘’sedikit demi sedikit”
c)      Numeralia dapat berangkai dengan kata ping/kaping ‘’kali’’.
Contoh:
            Kaping wolulas ‘’delapan belas kali’’
            Kaping sanga ‘’sembilan kali’’
            Ping akeh ‘’berkali-kali’’
            Ping papat ‘’empat kali’’

a.      Bentuk Numeralia
Dilihat dari bentuknya, Numeralia digolongkan menjadi:Numeralia Monomorfemis dan Numeralia polimorfemis.
a.    Numeralia Monomorfemis
adalah numeralia yang terdiri atas satu morfem.Dalam bahasa Jawa numeralia Monomorfemis terdiri atas numeralia nol sampai dengan sanga (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9).
b.   Numeralia Polimorfemis
Adalah dibentuk melalui beberapa proses morfemis,yaitu 1. Afiksasi yang menghasilkan numeralia berafiks, 2. Pengulangan yang menghasilkan numeralia ulang, 3. pemajemukan yang menghasilkan numeralia majemuk.
1)      Numeralia berafiks
Terbagi menjadi tiga.
·         Numeralia berprefiks,yaitu numeralia dengan tambahan afik didepan bentuk dasar. Contoh:
Mapat (papat’empat’ + N) ‘’masing-masing satuan terdiri atas empat’’
      Mitu (pitu’tujuh’ + N) ‘’masing-masing satuan terdiri atas tujuh’’
      Nyiji (satu’satu’ + N) “masing-masing satu’’
·         Numeralia bersufiks,yaitu numeralia dengan tambahan afiks dibelakang bentuk dasar.
Contoh:
      Lima (lima’lima’ + a) ‘’meskipun lima’’
      Piton (pitu’tujuh’ + an) ‘’satuan berjumlah tujuh’’
      Wlon (wolu’delapan’ + an) ‘’satuan berjumlah delapan’’
·         Numeralia berkonfiks,yaitu numeralia dengan tambahan konfiks pada bentuk dasar.
Contoh:
      Sekalian(karma) (kalih ’dua’ + sa/an) berdua
      Sakabehan (kabeh ‘semua’ + sa/an) semuanya
2)      Numeralia bentuk ulang
Numeralia bentuk ini dapat dibedakan menjadi 3 macam.
·         Numeralia ulang penuh,yaitu numeralia yang bentuk dasarnya diulang secara keseluruhan.numeralia ini ada 2 macam:
1.      Numeralia ulang tanpa perubahan vocal
      contoh:
            akeh-akeh (akeh ‘banyak’ + U) ‘’banyak-banyak’’
            loro-loro (loro ‘dua’ + U) “dua-dua”
2.      Numeralia ulang penuh dengan perubahan vocal
contoh:
      sija-siji (siji’satu’ + Upv) ‘’berulang-ulang mengatakan siji’’
      tela-telu (telu’tiga’ + Upv) ‘’berulang-ulang mengatakan telu’’
·         Numeralia ulang persial,yaitu numeralia hasil pengulangan konsonan awal bentuk dasar dengan penambahan vocal
Contoh:
Lelima (lima ‘lima’ + Up) ‘kelima-limanya’(tanpa terkecuali)
Pepitu (pitu ‘tujuh’ + Up) ‘ketujuh-tujuhnya’(tanpa ter-kecuali)
3)      Numeralia bentuk majemuk
Berdasarkan konstituan pembantukannya ,numeralia majmuk dapat dibedakan menjadi 2 macam.
1.                  Konstituen pembentukannya berupa morfem asal plus morfem pangkal.
Contoh:
            Limalas (lima’lima’ + las ‘belas) ‘’lima belas”
            Wolulas (wolu’delapan’ + las ‘belas’) “delapan balas”
2.                  Konstituen pembentuknya berupa morfem pangkal plus morfem pangkal.
Contoh:
            Patang puluh (patang’empat’ + puluh’puluh’) “empat puluh”
            Rong puluh (rong’dua’ + puluh ‘puluh’) ‘’dua puluh”
4)      Numeralia bentuk kombinasi
Pembentukannya terbagi menjadi 2 macam.
1.      Kombinasi antara afiksasi dan pengulangan secara serempak
Contoh:
      Mayuta-yuta (yuta ’juta’ + Ma/U) ‘’berjuta-juta
      Yuta-yutawan (yuta ‘juta’ + an/U) “berjuta-juta
2.      Kombinasi antara afiksasi dan pemajemukan secara serempak.
Contoh:
      Kapat sasur (pat sasur + ka) “tiga puluh lima”
      Saprawolon (prawolu ‘perdelapan’ + Sa/an) “seperdelapan.
4. Subkategorisasi Numeralia Berdasarkan Referennya
Berdasarkan referennya, numeralia dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) numeralia pokok, (2) numeralia pecahan dan 930 numeralia tingkat.
4.1  Numeralia Pokok
Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan yang lain. Numeralia poko terbagi menjadi : (a) numeralia pokok tentu, (b) pokok tertentu, (c) pokok kolektif, (d) pokok distributive, dan (e) pokok klitika.

a)      Numeralia Pokok Tentu
Numeralia Pokok tentu mengacu kebilangan pokok dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan pronomina interogatif pria ‘berapa’ dengan jumlah yang pasti. Numeralia jenis ini mengacu pada bilangan nol ‘nol’ sampai tak terhingga. Jika ditinjau dari bentuknya, numeralia pokok tentu ini meliputi bentuk monomerfemis dan polomorfemis.
Contoh:

Pitu      ‘tujuh’                                                             telulas  ‘tiga belas’

Wolu    ‘delapan’                                                         wolulas   ‘delapan belas’

            Numeralia pitu dan wolu adalah numeralia monofermis, sedangkan telulas dan wolulas adalah numeralia polifermis yang berupa majemuk. Keempat numeralia itu menyatakan jmlah tertentu dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan pronomina interogatif pira ‘berapa’.

b)      Numeralia Pokok Taktentu
Numeralia Pokok Taktentu menyatakan jumlah yang tidak tentu dan tidak dapat menjawab secara pasti pertanyaan yang bermakna pira ‘berapa’. Dengan kata lain , numeralia ini tidak mengacu pada bilangan tertentu. Numeralia ini, antara lain akeh banyak, sethithik sedikit,  kabeh semua, sawetara beberapa, semene sejumlah sekian ini’.

Contoh:

Akeh wong ‘banyak orang’

Dhuwite Pirang-pirang ‘uangnya banyak sekali’

Kabeh kewan ‘semua binatang’
      Sayur Sathithik ‘sayur sedikit’
Sawetara dina  ‘beberapa hari’
c)      Numeralia Pokok Kolektif
Numeralia pokok kolektif adalah numeralia yang menunjukan himpunan, kumpulan, atau kesatuan. Jika kumpulan itu terdiri atas dua, digunakan numerlia sakloron ‘berdua’; seperti aku sakloron ‘kami berdua’. Dalam hal ini, terdapat nomina atau pronomina yang mendahuluinya. Jika nomina atau pronomina tidak hadir , numeralia kolektif yang dipakai ilah yang berbentuk ulang + sufiks -e/ne- seperti loro-lorone ‘kedua-duanya’, telu-telune ‘ketiga-tiganya’, lima-limane ‘kelima-limane’.
Didalam bentuk krama dimungkinkan adanya numeralia pokok kolektif berbentuk ulang. Pengulangan ini berupa pengulangan konsonan awal bentuk dasar disertai dengan tambahan vokal /a/
Contoh:
Kekalih ‘berdua’

Tetiga ‘bertiga’

Disamping itu terdapat numeralia pokok kolektif yang dibentuk dari bentuk dasar yang berupa bentuk ulang + ma - atau bentuk dasar +-an.
Contoh:
Ewon ‘ribuan’

Mayuta-myuta ‘berjuta-juta’

Yutaan ‘jutaan’

d)      Numeralia Pokok Distributif
Numeralia Pokok distribusi adalah numeralia yang menunjukan keterbagian dan kebergiliran. Numeralia ini di bentuk dari numeralia pokok ditambah dengan kata mbaka ‘per, demi’ disebelah kirinya atau dengan mengulangnya.

Mbaka siji satu per satu                                               Siji-siji ‘satu persatu’

Mbaka lima ‘lima-lima                                                lima-lima ‘lima-lima’

Disamping dengan proses pengulangan, dalam pembentukan numeralia distributif sering disertakan afiks nasal.
Contoh:
1.      a. Wong-wong mau oleh panduman siji-siji
“Orang-orang tadi mendapat bagian satu-satu”
b.      Wong mau oleh panduman  nyiji-nyiji
“Orang-orang tadi mendapat bagian satu-satu”
2.      a. Kabeh diwenehi telu-telu 
“semua diberi tiga-tiga”
b. Kabeh diwenehi nelu-nelu
       “semua diberi tiga-tiga”
3.      a. Bocah-bocah padha oleh paringan loro-loro.
“anak-anak semua mendapat pemberian dua-dua”
   b. Bocah-bocah padha oleh paringan ngloro-loro”
“anak-anak semua mendapat pemberian dua-dua”

e)      Numeralia Pokok Klitika
Disamping numeralia pokok yang telah disebutkan diatas, terdapat pula numeralia lain yang di pungut dari bahasa jawa kuno.
Contoh;
Eka ‘satu’                                                        Sad ‘enam’

Dwi ‘dua’                                                        Sapta ‘tujuh’

Tri ‘tiga’                                                          Hasta ‘delapan’

Catur ‘empat’                                                  Nawa ‘sembilan’

Panca ‘lima’                                                    Dasa ‘sepuluh’

4.2  Numeralia pecahan
Numeralia pecahan adalah numeralia yang menyatakan bilangan pecahan. Cara pembentukannya dengan membagi sebuah bilangan pokok. Bilangan pembagi dapat dengan atau tanpa pMaknakel -ng/-ang. Bilangan penyebut dapat tanpa prefiks atau dengan sufiks -an. Didalam bentuk huruf, pra- diletakan pada bilangan yang mengikutinya. Didalam bentuk angka dipakai pembagi garis yang memisahkan kedua bilangan itu.

Contoh:

Numeralia Pecahan                                                           Angka

Seprapat                                                                1/4 ‘seperempat’

Sapralima                                                              1/5 ‘seperlima’

Sapratelon                                                             1/3 ‘sepertiga’

Rongpratelon                                                                    2/3 ‘dua pertiga’

Telung Prapat                                                                    3/4 ‘tiga perempat’

Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok

Contoh:

Numeralia Pecahan                                                           Angka

Loro seprapat                                                                    2 1/4 ‘dua seperempat’

Telu seperlima                                                                   3 1/5 ‘tiga seperlima’

Papat telungprapat                                                            4 3/4 ‘empat tiga per empat’

4.3  Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat di ubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya dengan menambahkan kaping/ping ‘kali’ atau ka- ‘ke’.

1.        Numeralia tingkat di bentuk dengan menambahkan kata kaping/ping ‘kali’  di depan bilangan bersangkutan.

       Contoh:

       Kaping siji ‘satu kali’                                           ping pat ‘empat kali’

       Kaping loro ‘dua kali’                                          ping lima ‘lima kali’

       Kaping telu ‘tiga kali’                                          ping nem ‘enam kali’

2.        Numeralia tingkat di bentuk dengan menambahkan bentuk terikat Ka- pada bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula kata kapisan.
     
      Contoh
      
       Kasiji/kapisan ‘pertama’                                                   Kanem ‘keenam’
      
       Kaloro ‘kedua’                                                                 Kapitu ‘ketujuh’
       Katelu ‘ketiga’                                                                 Kawolu ‘kedelapan’

       Kapapat ‘keempat’                                                           Kasanga ‘kesembilan’

       Kalima ‘kelima’                                                                Kasepuluh ‘kesepuluh’


4.4  Numeralia Ukuran
Subkategori nomina ada yang menyatakan ukuran yang berkaitandengan jumlah, berat ringan, atau panjang pendek, yang disebut numeralia ukuran. Numeralia ukuran itu dapat diikuti numeralia pokok tentu atau numeralia pecahan sehingga terbentuk numeralia majemuk.

Contoh:

Pitung lusin ‘tujuh lusn’

Sepuluh kodi ‘sepuluh kodi’

Setengah liter ‘setengah liter’

Telung prapat gram ‘tiga perempat gram’


4.5  Numeralia Penggolong
Disamping pelbagai jenis numeralia diatas didalam bahasa jawa terdapat sejumlah kata yang berfungsi menggolong-golongkan nomina maujud kedalam kategori tertentu. Sesisir pisang, misalnya didalam bahasa jawa dikatakan gedhang selirang; sehelai benang dikatakan sa(e)ler benang. Kata-kata sejenis itu disebut numeralia penggolong dan dapat diikuti numeralia pokok tentu atau numeralia pecahan. Berikut ini sejumlah numeralia penggolong didalam bahasa jawa.
      
Ajar ‘ulas’ kata untuk jeruk jeruk rong ajar (jeruk rong ajar‘dua ulas jeruk’)

Dhapur ‘rumpun’ untuk bambu, tebu → (pring telung dhapur ‘tiga rumpun bambu’)

(e)las ‘butir’ untuk padi, beras  (beras limang las ‘lima belas butir beras’)

Glintir ‘gelintir’ untuk tembakau, candu, obat (obat telung glintir ‘tiga butir obat’)

Lembar ‘lembar’ untuk kertas, daun, kain (kertas saklembar ‘satu lembar kertas’)

Lirang ‘sisir’ untuk pisang (gedhang rong lirang ‘dua sisir piasng’)

Pasang ‘pasang’ untuk sepatu, sandal → (sepatu rong pasang ‘dua pasang sepatu’)

Pengadeg ‘setel’ untuk pakaian → (sandhangan supengadeg ‘satu stel pakaian’)

Puluk ‘suap’ untuk nasi (sega limang puluk ‘lima suap nasi’)

Siyung ‘ulas’ untuk bawang → (bawang saksiyung ‘seulas bawang’)

Tetes ‘tetes’ untuk benda cair (banyu rong tetes ‘dua tetes air’)

Tundhum ‘tandan’ untuk pisang → (gedhang setengah tundhun ‘setengah tandan pisang’)

Wuli ‘butir’ untuk padi (pari telung wuli ‘tiga butir padi’)

5.1 Pengertian Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah satuan gramatikal yang keseluruhan distribusinya dapat digantikan oleh konstituenya yang berupa numeralia. Dalam hal ini, numeralia itu menjadi konstituen inti.
Contoh :
a.       Regane wae satus ewu rupiyah.
‘harganya saja seratus ribu rupiah.’
Regane wae satus ewu.
‘harganya saja serratus ribu’

b.      Ingon-ingone we (ana) akeh banget.
‘ternaknya saja ada banyak sekali’
Ingon-ingone we (ana) akeh.
‘ternaknya saja ada banyak’

c.       Dhuwit iki dipara loro wae.
‘uang ini dibagi dua saja’
Dhuwit iki dipara loro.
‘uang ini dibagi dua’

d.      Dheweke lunga patang sasi kepungkur.
‘dia pergi empat bulan yang lalu’
Dheweke lunga patang sasi.
‘dia pergi empat bulan’

Bahwa satuan gramatikal satus ewu rupiyah, akeh banget, loro wae, dan patang sasi kepungkur berdistribusi sejajar dengan konstituen satus ewu, akeh, loro, dan patang sasi.
5.2 Jenis dan Struktur Frasa Numeralia
Berdasarkan strukturnya, frasa numeralia dapat diperinci menjadi dua yaitu, frasa numeralia simpleks dan kompleks. Berdasarkan sifat hubungan antar konstituennya, frasa numeralia dibagi menjadi tiga yaitu, frasa numeralia koordinatif, modifikatif, dan frasa numeralia apositif.
1.      Frasa Numeralia Simpleks
Adalah satuan gramatikal yang tersusun dari satu atau dua numeralia sebagai konstituen inti (bergantung sifat struktur frasa) dan satu konstituen lain sebagai pewatas.



a.       Frasa Numeralia Simpleks Koordinatif
Adalah satuan gramatikal yang dibangun dari tiga konstituen. Dua konstituen berupa numeralia sebagai konstituen inti, satu konstituen lain berupa konjungsi. Ada dua macam numeralia yang menjadi konstituen inti yaitu :
·         Frasa Numeralia Tentu Simpleks Koordinatif
Terbentuk dengan menggabungkan dua numeralia tentu dan sebuah konjungsi. Konjungsi yang digunakan dapat utawa’atau’, lan ‘dan’, tekan ‘sampai’, nganti ‘sampai’, atau banjur ‘lalu’.
Contoh :
Lima nganti sanga ‘lima sampai sembilan’
Lima banjur wolu ‘lima lalu delapan’
Loro utawa siji ‘ dua atau satu’
Loro lan telu ‘ dua dan tiga’
Wolu tekan sepuluh ‘delapan sampai sepuluh’
·         Frasa Numeralia Taktentu Simpleks Koordinatif
Terbentuk dengan merangkaikan dua numeralia taktentu dan sebuah konjungsi. Konjungsi yang digunakan dapat utawa’atau’, lan ‘dan’, tekan ‘sampai’, nganti ‘sampai’, atau banjur ‘lalu’.
Contoh :
Akeh utawa sethithik ‘banyak atau sedikit’
Akeh lan sethithik ‘banyak dan sedikit’
Atusan banjur ewon ‘ratusan lalu ribuan’
Puluhan nganti atusan ‘puluhan sampai ratusan’
Sepuluh ewonan tekan yutan ‘(se)puluh ribuan sampai jutaan’

b.      Frasa Numeralia Simpleks Modifikatif
Adalah satuan gramatikal yang dibangun dari dua konstituen. Satu konstituen berupa numeralia sebagai konstituen inti, satu konstituen lain berupa pewatas atau modifikator. Ada dua macam numeralia yang menjadi konstituen inti yaitu :
·         Frasa Numeralia Tentu Simpleks Modifikatif
Terbentuk dengan merangkaikan dua numeralia tentu atau merangkaikan sebuah numeralia tentu dengan sebuah kata lain. Pembentuknya sebagai berikut :
1.      Numeralia tentu dirangkaikan dengan numeralia tentu.
Contoh :
Limang ewu ‘lima ribu’                                   satus seket ‘seratus lima puluh’
Lima prasepuluh ‘lima persepuluh’                 siji setengah ‘satu setengah’
2.      Numeralia tentu dirangkaikan dengan adverbial seperti wis ‘sudah’, meh ‘hampir’, durung ‘belum’.
Contoh :
Durung sapraenem ‘belum seperenam’          meh sewu ‘hampir sewu’
Lagi seprapat ‘baru seperempat’                     wis satus ‘sudah seratus’
3.      Numeralia tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Limang omah ‘lima rumah’                 setengah kilometer ‘setengah kilometer’
Limang sasi ‘lima bulan’                     sewu uwit ‘seribu pohon’

Contoh pada nomo 3 hanya berlaku jika perincian nomina atau frasa nominal sampai pada pemilahan nomina, pronominal, dan numeralia. Dalam ini, numeralia sebagai inti terjadi jika numeralia atau frasa numeralia itu mengisi predikat.
a.       Limang omah wis ambruk. ‘lima rumah sudah roboh.’
b.      *Omah wis ambruk. ‘Rumah sudah roboh.’

Ø  Sing wis ambruk ora limang omah, nanging nem omah.
o   ‘yang sudah roboh bukan lima rumah, melainkan enam rumah.’
Ø  Sing wis ambruk ora lima, nanging nem (omah).
o   ‘yang sudah roboh bukan lima, melainkan enam.’
Ø  Sing wis ambruk dudu omah, nanging kandhang.
o   ‘yang sudah roboh bukan rumah, melainkan kandhang.’
Ø  Sing wis ambruk dudu omah, nanging nem (omah).
o   ‘yang sudah roboh bukan rumah, melainkan enam (rumah).’

·         Frasa Numeralia Tak tentu Simpleks Modifikatif
Terbentuk dengan merangkaikan dua numeralia tak tentu atau merangkaikan sebuah numeralia tak tentu dengan sebuah kata lain. Pembentukannya sebagai berikut.
1.      Sebuah numeralia tak tentu dirangkaikan dengan numeralia tak tentu yang lain.
Contoh :
Ewon kabeh (dhuwite) ‘ribuan semua (uangnya)’
Pirang-pirang ewu ‘beribu-ribu’
Saperangan yuta ‘sebagian juta’
2.      Numeralia tak tentu dirangkaikan dengan adverbial seperti wis ‘sudah’, meh ‘hampir’, durung ‘belum’.
Contoh :
Durung yutan ‘belum jutaan’              meh kabeh ‘hampir semua’
Lagi sawetara ‘baru sebagian’            wis akeh ‘sudah banyak’
3.      Numeralia tak tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Akeh uwong ‘banyak orang’               kabeh omah ‘semua rumah’
Ewon uwit ‘ribuan pohon’                   pirang-pirang jam ‘berjam-jam’

c.       Frasa Numeralia Simpleks Apositif
Adalah satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya tersusun dari dua kontituen. Satu atau dua konstituen (bergantung pada jenis frasa numerialnya) berupa numerial sebagai konstituen inti. Satu konstituen lain sebagai modifikator. Secara referensial, modifikator memiliki acuan yang sama dengan acuan konstituen inti. Oleh sebab itu, konstituen inti dan konstituen modifikator dapat saling menggantikan tanpa menyebabkan terjadinya peluasan atau penyempitan informasi.
Contoh :
a.       Lelorone, jago kepruke, gage nemoni aku.
‘dua-duanya, tukang pukulnya, segera menemui aku.’
b.      Tetelune, adhiku, timbale dening Bapak.
‘ketiganya, adik saya, dipanggil oleh Ayah.’
c.       Kabeh,anak-anake, wis padha nyambut gawe.
‘semua, anak-anaknya, sudah bekerja.’

2.      Frasa Numeralia Kompleks
Adalah satuan gramatikal yang dibangun dari sekurang-kurangnya sebuah frasa numeralia simpleks dan sebuah konstituen lain atau dua frasa numeralia simpleks modifikatif yang dikoordinatifkan. Jadi berkebalikan dengan frasa numeralia simpleks, salah satu konstituen dari frasa numeralia kompleks selalu berupa frasa.
a.       Frasa Numeralia Kompleks Koordinatif
Adalah satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya tersusun dari frasa numeralia simpleks dan sebuah konstituen lain atau dua frasa numeralia simpleks modifikatif yang dikoordinatifkan. Konstituen yang berupa frasa numeralia menjadi konstituen inti dan konstituen lain sebagai modifikator. Konstituen yang berupa frasa numeralia tentu simpleks koordinatif maupun frasa numeralia tak tentu simpleks koordinatif. Konstituen yang berfungsi sebagai modifikator dapat berupa adverbial atau nomina. Pembentukan frasa numeralia kompleks koordinatif sebagai berikut.
1.      Sebuah frasa numeralia simpleks koordinatif dirangkaikan dengan sebuah atau beberapa adverbia.
Contoh:
Isih atusan utawa malah wis ewon ‘masih ratusan atau malah sudah ribuan’
Kudu akeh utawa sethithik ‘harus banyak atau sedikit’
Mung lima utawa pitu thok ‘hanya lima atau tujuh saja’
Wolu tekan sepuluh wae ‘delapan sampai sepuluh saja’
Tetep atusan nganti ewon wae ‘tetap ratusan sampai ribuan saja’
2.      Sebuah frasa numeralia simpleks koordinatif dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Atusan banjur ewon wong ‘ratusan lalu ribuan orang’
Nem utawa wolung omah ‘enam atau delapan rumah’
Seket nganti sewidak wit ‘lima puluh sampai enam puluh pohon’
Sepuluh tekan selawe kothak ‘sepuluh sampai dua puluh  lima kotak’
3.      Dua frasa numeralia simpleks modifitif atau lebih dirangkaikan secara koordinatif. Contoh :
Pitung atus nganti pitung atus lima ‘tujuh ratus sampai tujuh ratus lima’
Rong piring utawa patang piring ‘dua piring atau empat piring’
Sauwong utawa limang uwong ‘satu orang atau lima orang’
Sepuluh meter nganti rolas meter ‘sepuluh meter sampai dua belas meter’
4.      Frasa numeralia simpleks modifikatif yang sekurang-kurangnya dirangkaikan dengan sebuah adverbial.
Contoh :
Mung rong atus nganti rong atus telu ‘ hanya dua ratus sampai dua ratus tiga’
Mung lagi lima utawa nem unting thok ‘hanya baru lima atau enam ikat saja’
Ora saomah utawa telung omah ‘tidak serumah atau tiga rumah’
Sakothak utawa limang kothak wae ‘satu kotak atau lima kotak saja’

b.      Frasa Numeralia Kompleks Modifikatif
Adalah satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya disusun dari sebuah frasa numeralia simpleks modifikatif dan sebuah konstituen lain. Konstituen yang berupafrasa numeralia menjadi konstituen inti. Konstituen yang berupa frasa numeralia ini dapat berupa bilangan tentu atau tak tentu. Pembentukan frasa numeralia kompleks modifikatif sebagai berikut.
1.      Frasa numeralia tentu dirangkaikan dengan numeralia tentu atau sebaliknya.
Contoh :
Limang atus ewu ‘lima ratus ribu’
Pitung atus sanga ‘tujuh ratus sembilan’
Wolu lima saprotelon ‘delapan lima-pertiga’
Wolung puluh lima saprotelon ‘delapan puluh lima sepertiga’
2.      Frasa numeralia tentu dirangkaikan dengan adverbial seperti wis ‘sudah’, meh ‘hampir’, durung ‘belum’, lagi ‘baru’.
Contoh :
Durung lima praenem ‘belum lima perenam’
Lagi telu seprapat ‘baru tiga seperempat’
Meh sewu satus ‘hampir seribu seratus’
Wis satus seket ‘sudah serratus lima puluh’
3.      Frasa numeralia tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
Lagi limang omah ‘baru lima rumah’
Meh sewu uwit ‘hampir seribu pohon’
Mung setengah kilometer ‘hanya setengah kilometer’

c.       Frasa Numeralia Kompleks Apositif
Adalah satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya, tersusun dari sebuah frasa numeralia simpleks apositif dan sebuah konstituen yang lain. Konstituen yang berupa frasa numeralia kompleks apositif menjadi konstituen inti, konstituen lain menjadi modifikator.
Contoh :
a.      Mung cah loro, Ardi lan Wawan, sing ketampa ing UGM (universitas Gajah Mada).
‘hanya dua ana,Ardi dan Wawan, yang diterima di UGM (universitas Gajah Mada).’
b.      Sing aja nganti dilanggar rong prekara, dina weton lan mantenmu.
‘yang jangan sampai dilanggar dua hal, nama pasarn hari kelahiran dan hari pernikahanmu.’
c.       Ora kabeh, watara sapretelon, sing diasta dening Bapak.
‘tidak semuanya, sekitar dua pertiga, yang dibawa Ayah.’

5.3  Frasa Numeralia Berdasarkan Hubungan Makna Antarkonstituennya
1.      Frasa Numeralia Aditif
Adalah yang hubungan makna antarkonstituenya berupa penambahan. Konstituen berfungsi sebagai informasi tambahan bagi informasi konstituen yang lain. Frasa ini hanya terjadi pada frasa numeralia yang terkonstruksi secara koordinatif, dan ditandi dengan pemakaian konjungsi seperti lan ‘dan’, uga ‘juga’, sarta ‘serta’, dan karo ‘dengan’. Frasa ini dibentuk dengan merangkaikan sekurang-kurangnya dua numeralia, baik dengan atau tanpa adverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Biasanya dapat terjadi pada frasa numeralia tentu maupun tak tentu.
1)      Frasa Numeralia Aditif Tentu
Contoh :
Lagi limang kothak sarta pitung kothak ‘baru lima kotak dan tujuh kotak’
Lima lan enem ‘lima dan enam’
Ping lima lan eneme ‘yang kelima dan keenamnya’
Wis sapi telu sarta wedhus wolu ‘sudah tiga sapid an delapan kambing’
2)      Frasa Numeralia Aditif Tak tentu
Contoh :
Atusan, ewon, uga kethen ‘ratusan, ribuan, juga seratus ribuan’
Kethen uga yutan ‘puluhan ribu juga jutaan’
Puluhan, las-lasan, lan likuran ‘puluhan, belasan, dan dua puluhan’
Sithik lan akeh ‘sedikit dan banyak’
Yutan karo milyaran ‘jutaan dan milyaran’

2.      Frasa Numeralia Alternatif
Frasa numeralia yang hubungan makna antarkonstituenya berupa pemilihan. Beberapa konstituen lain berfungsi sebagai informasi alternative bagi informasi konstituen yang lain. Frasa ini terjadi pada numeralia yang terkonstruksi secara koordinatif, dan biasanya memakai konjungsi utawa ‘atau’. Frasa ini dapat dibentuk dengan merangkaikan sekurang-kurangnya dua numeralia, baik dengan atau tanpa adverbial, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Dapat terjadi pada frasa numeralia tentu dan tak tentu.
1)      Frasa Numeralia Alternatif Tentu
Contoh :
Arep wolu utawa sanga ‘akan delapan atau sembilan’
Lagi lima utawa sepuluh omah ‘baru lima atau sepuluh rumah’
Lima utawa sepuluh ‘lima atau sepuluh’
Patang puluh utawa patang puluh lima ‘empat puluh atau empat puluh lima’
2)      Frasa Numeralia Alternatif Tak tentu
Contoh :
Akeh utawa sethithik ‘banyak atau sedikit’
Kabeh utawa saperangan ‘semua atau sebagian’
Lagi puluhan utawa atusan wong ‘baru puluhan atau sudah ratusan orang’

3.      Frasa Numeralia Urutan
Adalah frasa yang hubungan anatar konstituenya bermakna kesinambungan. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian konjungsi banjur ‘lalu’, terus ‘lalu’, nuli ‘lalu. Frasa numeralia urutan dibentuk dengan merangakaikan serkurang-kurangnya dua numeralia, baik dengan atau tanpaadverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif.
Contoh :
Atusan terus ewonan ‘ratusan lalu ribuan’
Puluhan nuli las-lasan ‘puluhan kemudian belasan’
Sethithik banjur akeh ‘sedikit lalu banyak’
Wolung sasi terus rong taun’delapan bulan kemudian dua tahun’

4.      Frasa Numeralia Kepastian
Adalah frasa yang hubungan anatar konstituenya bermakna pemastian. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian adverbia seperti lagi ‘baru’, isih ‘masih’, mung ‘hanya’, thok ‘saja’. Frasa ini hanya terjadi pada frasa numerial modifikatif.
Contoh :
Isih lima ‘masih lima’
Lagi sapratelon ‘baru sepertiga’
Mung satus seket ‘hanya seratus lima puluh’
Setengah kilo thok ‘setengah kilo saja’

5.      Frasa Numeralia Pembatasan
Adalah frasa yang hubungan anatar konstituenya saling membatasi. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian konjungsi nganti ‘sampai’, tekan ‘sampai’. Frasa numeralia ini dibentuk dengan merangkaikan dua numeralia tentu, baik dengan atau tanpa adverbial, atau dengan meramgkaikan dua frasa numeralia modifikatif.
Contoh :
Lagi wolung bungkus nganti rolas wungkus ‘baru delapan bungkus hingga dua belas bungkus’
Limang omah nganti sepuluh omah ‘ lima rumah sampai sepuluh rumah’
Watara separo nganti telung prapat ‘sekitar separo sampaitiga perempat’

5.4 Fungsi Sintaksis Numeralia dan Frasa Numeralia
1.      Mengisi fungsi modifikator (sejauh tidak mengisi predikat).
Contoh :
Bocah lima ‘lima anak’
Kertas telung lembar ‘tiga lembar kertas’
Kursi seket lima ‘lima puluh luma buah kursi’
Wong akeh ‘orang banyak’
2.      Mengisi fungsi predikat
Contoh :
Putrane Pak Karta telu ‘anaknya Pak Karta tiga’
Adhiku loro ‘adik saya dua’
Regane loro setengah yuta ‘harganya dua setengah juta’
Wektu kuwi sawahe Pak Dirham isih pirang-pirang.
‘waktu itu sawah Pak Dirham masih banyak’
Wong sing teka akeh banget.
‘Orang yang dating banyak sekali’
3.      Mengisi fungsi pelengkap.
Contoh :
Omahe tingkat telu.
‘Rumahnya tingkat tiga’
Dhuwitbathen mau dipara dadi lima.
‘Uang laba itu dibagi menjadi lima’
Saben uwong tampa siji sapratelon
‘tiap orang menerima satu sepertiga’
Sawah tinggalane won tuwane dipara telu thok
‘Sawah warisan orang tuanya hanya dibagi tiga’
Dhewekemung tuku telung ler
‘Dia hanya membeli tiga batang’
4.      Mengisi fungsi keterangan
Contoh :
Putrane didangu siji-siji
‘anaknya ditanyai satu persatu’
Sedina dheweke mung mangan ping pindho
‘Sehari dia hanya makan dua kali’
Saben dinane dheweke ngombe obat mau kaping telu
‘Setiap hari diameminum obat tadi tiga kali’
Saben saombenan okehe telung sendhok
‘Setiap minum banyaknya tigasendok’
Telung taun maneh sekolahe rampung

‘tiga tahun lagi sekolahnya selesai’


Wedhawati, dkk. Tata Bahasa Jawa Mutakhir.2006.PENERBIT KANISIUS:Yogyakarta
Handout Morfologi Lanjut Bahasa Jawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar