Rabu, 17 Desember 2014

TINGKEBAN

Tradisi Tingkeban di Daerah Semarang, Demak dan sekitarnya


Tingkeban biasanya dilakukan oleh adat jawa yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung selama 7 bulan.

1.        Pelaku
a.         Calon Ibu
b.        Sesepuh sebanyak tujuh orang
c.         Calon Ayah
d.        Calon Nenek
e.         Tokoh agama (ustad)
f.         Warga
2.        Perlengkapan
a.         Cengkir kelapa gading
b.        Wajan lan gayung
c.         Benang lawe atau lilitan benang janur
d.        Endhog (telur)
e.         Bunga tuju rupa
f.         Kendi
g.        Jarit batik tujuh motif
h.        Kain putih
i.          Pecahan genting (kereweng)
j.          Golok
k.        Sajen Medikingan


3.        Tata Cara
a.         Siraman yang dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna memohon doa restu, supaya suci lahir batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
b.        Masukkan telur ayam kampung kedalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah. Hal ini simbol harapan supaya bayi lahir lancar tanpa suatu halangan.
c.         Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih. Sebagai dasar pakaian pertama, melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci, yang mendapatkan berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan "sudah pantas apa belum", sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir "belum pantas". Sampai yang terakhir yang ketujuh kali dengan kain sederhana dijawab "pantas".
d.        Pemutusan lawe atau janur kuning yang dilingkarkan diperut calon ibu, dilakukan oleh calon ayah menggunakan keris Brojol yang ujungnya diberi rempah kunir, dengan maksud supaya bayi dalam kandungan akan lahir dengan lancar.
e.         - Calon nenek dari pihak ibu, menggendong kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan. Sebelumnya kelapa gading ditroboskan dari atas kedalam kain yang dipakai calon ibu lewat perut, terus kebawah, diterima oleh calon nenek, maknanya agar bayi dapat lahir dengan mudah tanpa kesulitan.
- Calon ayah memecah kelapa, dengan memilih salah satu kelapa gading yang sudah digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Srikandi.
f.         Upacara memilih nasi kuning yang diletakkan dalam takir sang suami. Dilanjutkan dengan upacara jual dawet dan rujak, pembayaran dengan pecahan genting, yang dibentuk bulat seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan dikumpulkan dalam kuali yang terbuat dari tanah liat. Lalu kuali itu dipecah didepan pintu. Maknanya agar calon anak dapat mendapat banyak rejeki, dapat menghidupi keluarganya dan banyak amal.


g.        Hidangan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME :
Ø  Tujuh macam bubur, termasuk bubur Procot.
Ø  Tumpeng kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan sehat dan kuat, (tumpeng dengan urab-urab tanpa cabe, telur ayam rebus dan lauk yang dihias).
Ø  Jajan pasar, syarat harus dibeli di pasar (kue, buah, makanan kecil)
Ø  Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya enak. Bermakna anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga.
Ø  Dawet, supaya menyegarkan.
Ø  Umbi-umbian sebanyak tujuh macam.
Ø  Sajen medikingan, dibuat untuk kelahiran setelah kelahiran anak pertama dan seterusnya.
4.        Setting
1.        Tempat
Dirumah orang yang menyelenggarakan upacara tingkeban.
2.        Waktu

Tidak bisa dilakukan sewaktu-waktu, biasanya dilaksanakan hari sabtu wage yang menurut orang tua maknanya "metu gage-gage" (cepat dan lancar dalam proses melahirkan nanti).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar