ANALISIS KARYA SASTRA BAHASA JAWA
1. Judul
: cerkak “Kembang Kaswargan”
Karya :Datiek Yuminarko
Tahun :2013 (Panyebar Semangat No 22-1 Juni)
a) Ringkasan
Wujud pengabdian dan kasih sayang seorang
istri terhadap suami yang sangat dihormatinya yaitu Mbah Asih kepada Mas
Handaka. Setiap hari, Mbak Asih selalu mengurusi keperluan-keperluan keluarga
juga termasuk keperluan suaminya untuk menyemir jenggot. Karena rasa sayangnya
yang amat itu, Mbak Asih tidak mau jika jenggot yang seperti kepunyaan raden
Gatutkaca itu malah menjadi malapetaka untuk suaminya sendiri.
Semakin
bertambahnya umur, jenggot Mas Handaka yang dulunya berwarna hitam legam
sekarang sudah mulai beruban. Hanya untuk rambut kepala baru beberapa saja uban
yang terlihat. Mas Handaka yang berprofesi sebagai carik atau sekertaris desa,
dimata Mbak Asih harus bisa menjaga penampilannya. Tetapi kesalnya Mbak Asih
apabila setiap hari banyak warga yang sedang mempunyai hajatan, sehingga dia
harus setiap harinya menyemir jenggot sang suami.
Bagi Mbak Asih merawat jenggot sang suami
seperti tambahan merawat anak lagi. Dia begitu senang merawat seakan-akan sudah
tak perlu mempunyai hewan peliharaan, karena rasa kesayangannya terhadap
jenggot suaminya. Hingga untuk bahan-bahan menyemir, dia sendiri yang membeli
ke salon langganannya. Malu memang karena belum lama ini dia baru saja dari
salon itu. Dan juga dia belum tahu merek semir apa yang bagus dan cocok untuk
suaminya.
Setelah dibelikan semir yang menurutnya
cocok, Mbak Asih pernah sekali menanyakan kepada Mas Handaka untuk menyemir
sendiri. Mas Handaka mencoba menyemir sendiri tetapi hasilnya tidak seperti
yang diharapkan. Sehingga Mbak Asih sendiri yang akhirnya menyemir jenggot
suami kesayangannya.
Selama 4 bulan lamanya, tiap pagi dan sore
Mbak Asih selalu menyemir jenggot suaminya. Awalnya dia tidak merasa terganggu,
tetapi lama kelamaan mulai merasa capek juga karena pekerjaan rumahnya mulai
banyak yang tak dia lakukan. Apalagi Mas Handaka juga malah menjadi manja, jika
jenggotnya yak disemir oleh istrinya maka dibiarkan saja.
Dalam lamunannya, Mbak Asih kadang
berfikir apakah hal sekecil menyemir jenggot suami itu sendiri adalah tanda
baktinya seorang istri terhadap suaminya? Dan apakah hal itu juga yang membawa
seorang istri masuk kedalam surga kelak? Ternyata berbakti terhadap suami tidak
hanya dapat diwujudkan dengan pemberian suatu benda yang berharga tinggi,
tetapi bagaimana cara seorang istri bisa menyenangkan hati suaminya. Walaupun
mungkin hanya dengan menyemir jenggot suami yang tersayang.
b) Aspek
yang Menonjol
Dalam cerkak ini, hal yang menonjol adalah aspek
sosialnya. Cerkak yang berjudul Kembang Kaswargan ini menceritakan realita
kehidupan manusia dalam masyarakat pada umumnya. Diceritakan bagaimana seorang
istri begitu mengabdinya terhadap suaminya hanya dengan menyemir jenggot
kesayangan suami tiap harinya. Disini dapat kita cocokkan pada realita
kehidupan sehari-hari masyarakat yang memang ada seperti dalam isi cerkak ini.
Yang menambah pembuktian ada nilai sosial juga
terdapat pada tindakan Mbak Asih sebagai tokoh utama yang membeli semir disalon
langganannya. Disana diceritakan secara detail ketika Mbak Asih mulai masuk
salon dan merasa malu-malu bertanya kepada pemilik salon tentang semir yang
cocok untuk suaminya. Dia tidak begitu
paham tentang merek, jenis dan juga kualitas semir yang baik yang seperti apa.
Amanat yang terkandung adalah sekecil apapun
pengabdian seorang istri terhadap suaminya, nantinya dia akan mendapatkan
balasan dariNya. Asalkan dengan satu syarat, bahwa dia melakukannya dengan
ikhlas.
2. Judul
: geguritan “ Mampir Ngombe”
Karya
: Winardi S. Nugrahanto
Tahun
: 2013
a) Ringkasan
Geguritan ini membahas tentang
batasan seberapa besar rasa cinta manusia terhadap sesama dengan rasa cintanya
terhadap Gustinya, yaitu Tuhan semesta alam yang menguasai seluruh makhluk
dimuka bumi ini.
Ada beberapa hal yang harus bisa
disadari manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan :
1. Manusia
boleh mencintai pendampingnya, tetapi tidak boleh terlalu mencintai.
2. Manusia
boleh mencintai anak-anaknya, tetapi tidak boleh mencintai yang teramat batas.
3. Manusia
boleh mencintai semua keluarganya, tetapi tidak boleh terlalu mencintai.
4. Manusia
boleh mencintai tetangganya, tetapi tidak boleh terlewat batas.
5. Manusia boleh mencintai tanah tumpah darahnya,
tetapi tidak boleh terlalu sangat mencintai.
6. Manusia boleh mencintai nusa bangsanya, tetapi
harus tetap ada batasnya.
Manusia memang
harus mencintai semuanya, tetapi harus bisa semestinya dan sewajarnya. Dari
semuanya itu manusia harus bisa menempatkan antara kewajiban dan rasa
kecintaan. Kita harus ingat bahwa sejatinya manusia hidup di dunia ini hanya
sebentar saja. Dalam bahasa jawa sering disebutkan paribasan “wong
urip ning alam donya iki mung mampir
ngombe wae” (orang hidup di dunia ini hanya numpang minum saja).
Terkadang manusia lalai dan tertipu oleh
hiasan-hiasan dunia yang dirasakan begitu indah. Mencintai seseorang
dilebih-lebihkan, lalu ketika seorang yang kita cinta tiada kita sangat merasa
kehilangan. Mencintai harta benda berlebihan juga tidak baik. Harta yang kita
kumpulkan selama kita bekerja misalnya, teramat kita sayangi dan
diagung-agungkan ketika suatu saat tiba-tiba semuanya habis maka akan
menyebabkan depresi yang amat sangat.
Mencintai
sesuatu secara berlebihan akan menyebabkan kecewa yang mendalam diakhirnya. Maka
seharusnya manusia bisa menyeimbangkan rasa cinta terhadap hal dunianya dan
rasa cinta terhadap Tuhannya. Karena jika rasa cinta terhadap dunia kelewat
batasnya, nantinya hanya akan memperpanjang kecewa dan kesedihan.
Terlalu
mencintai dunia maka takut adanya kematian. Padahal manusia memang sejatinya
seperti itu. Dahulu tidak ada, lalu menjadi ada, dan kembali lagi nantinya
menjadi tidak ada. Tiada manusia di dunia ini yang akan abadi. Semua akan
musnah. Manusia yang sadar akan hal inilah yang nantinya akan hidup tentram.
Karena semua yang dilakukannya atas dasar cinta terhadap Tuhannya. Bukan cinta
terhadap perhiasan dunia.
Cinta yang
sejatinya hanyalah cinta kepada Gusti kita, yaitu Tuhan semesta alam. Cinta
yang bersumber dari hati. Karena jika kita mencintai Gusti Allah, maka kita
akan merasakan kenyamanan,ketenangan,ketentraman,kedamaian dan hal-hal positif
lain. Dan kesemuanya itu harus didasari dengan hati yang ikhlas, lila-legawa dan ketekatan hati yang menyatu.
b) Aspek
yang menonjol
Pada geguritan yang berjudul “ Mampir Ngombe” karya
Winardi S. Nugrahanto ini mengandung amanat yang mengingatkan kita sebagai
manusia yang taat kepada Gusti kita, untuk selalu sadar dan selalu mendekatkan
diri kepada Nya. Diibaratkan disini bahwa manusia hidup di alam dunia ini hanya
singgah untuk minum saja. Manusia harus sadar, apapun yang saat ini dimiliki
nantinya juga akan sirna semuanya. Unsure religius begitu tergambar disini
Harta, martabat, pendamping hidup, semuanya hanya
sebentar saja di dunia ini. Maka dari itu manusia tidak boleh terlalu mencintai
hal duniawi. Karena sejatinya, nantinya di alam kelanggengan kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas semua hal yang telah diperbuat baik itu yang baik
maupun buruk. Dan pada dasarnya agar saat kehilangan salah satu dari itu semua
di dunia ini, manusia tidak merasa sedih yang teramat dalam.
Aspek
religius dari pengarang sangat tergambar pada geguritan ini. Pengarang mencoba
menuangkan apa yang menjadi pemikirannya. Bahwa sejatinya, manusia harus bisa
menengahkan seberapa besar rasa cintanya dengan sesama dan kepada Sang Pencipta
kehidupan.
3. Judul
: cerkak “ Sambunging Lelakon”
Karya
: Suryadi WS
Tahun
: 2013
a) Ringkasan
Cerkak
ini mengisahkan tentang pertemuan seorang pria yang bernama Setyadi, dengan
seorang wanita yang mirip dengan calon tunangannya dahulu. Selama 4 tahun
terakhir, setelah menghilangnya Fitriani ( calon tunangan Setyadi), akhirnya Setyadi
menemukannya kembali. Walaupun masih terasa sakit hati atas perlakuan Fitriani
yang tega mencampakkanya demi untuk memilih menikah dengan orang lain, Setyadi
masih memiliki perasaan yang sama seperti dahulu ketika mereka masih bersama.
Ternyata
orang yang dianggapnya Fitriani itu adalah kembarannya. Dia bernama Fitriana.
Fitriana mengajak Setyadi untuk menengok Fitriyani di kampung halamannya.
Setyadi merasa ada yang telah terjadi saat dia diajak Fitriana ketempat
pemakaman. Disana, Fitriana menunjukkan sebuah makam yang ternyata adalah makam
Fitriani, yaitu saudara kembarnya. Fitriana menceritakan apa yang telah terjadi
terhadap Fitriani setelah berpisah dengan Setyadi.
Setyadi
merasa sedih hatinya saat mendengar cerita dari Fitriana. Begitu menyedihkannya
peristiwa-peristiwa yang dialaminya hingga dia sekarang terbaring kaku didalam
tanah makam itu. Walaupun begitu, tidak tahu mengapa Setyadi merasakan perasaan
yang sama seperti saat bersama Fitriani dahulu, ketika pertama kali bertemu
dengan Fitriana. Fitriana juga merasakan hal yang sama terhadap Setyadi
walaupun baru kali itu dia bertemu. Itu semua karena wasiat dari adiknya, bahwa
dia disuruh melanjutkan cinta kasihnya
terhadap Setyadi.
Pada
saat itu pula, Setyadi dan Fitriana berjanji akan menyatukan kedua perasaan
mmereka. Disaksikan di depan makam Fitriani mereka mengikat janji. Janji untuk
saling menyayangi dan mengasihi satu sama lain hingga nanti Gusti Allah yang
menentukan nasib mereka.
b) Aspek
yang menonjol
Ada beberapa aspek yang sekiranya paling menonjol
dalam karya cerkak ini, yaitu sudut pandangnya. Sudut pandang yang digunakan
adalah orang pertama pelaku sampingan.
Tokoh “aku” hanya sebagai pelengkap. Karena yang menjadi tokoh utamanya adalah
Fitriani dan Fitriana. Tokoh “aku” mengetahui hal yang sebenarnya juga karena
diceritakan oleh tokoh Fitriana.
Fitriana disini berperan sebagai narrator (
pencerita) karena dia mengetahui semuanya tentang kejadian antara Fitriani dan
Setyadi (tokoh aku). Seakan-akan Fitriana adalah pengarangnya yang memberitahu
kepada para pembaca apa sebenarnya yang terjadi. Setyadi disini menjadi
naratifnya, karena dia berperan pasif saat diceritakan hal yang terjadi oleh
Fitriana.
Alur cerita yang digunakan adalah alur flashback.
Karena menceritakan ketika bertemunya Setyadi dengan Fitriana pada saat mereka
dijalan, lalu Fitriana yang menceritakan tentang peristiwa sebelum Fitriani
meninggal, lalu kembali lagi menceritakan saat Fitriana dan Setyadi sedang
bertemu.
Pada teks kebanyakan berupa percakapan antar tokoh.
Tokoh lain yang juga berpengaruh dalam cerita hanya dijelaskan dan diceritakan
oleh tokoh utama. Selain itu tokohnya hanya terdiri dari tiga saja. Sehingga
permasalahan dan pemecahan masalahnya lebih mudah.
4. Judul
: geguritan “ Aja Kandha-kandha”
Karya
: Dewa Ruci
Tahun : 2013
a) Ringkasan
Seseorang yang digambarkan memakan uang haram atas
pekerjaanya (korupsi). Dia membuat diam
orang lain yang mengetahui tindakannya dengan menyuap mereka. Uang negara yang
seharusnya untuk rakyat diambil semua untuk dirinya sendiri. Karena
kekuasaanya, mereka tidak ada yang berani menyalahkan. Dan juga uang pelicin
sudah masuk kekantong mereka masing-masing.
Uang hasil korupsinya, digunakan untuk hidupnya
supaya mulia dan tidak kekurangan harta. Hal itu dilakukannya karena “aji mumpung” jabatanya sebagai wakil
rakyat. Saudara-saudaranya di desa semuanya berbahagia saat dia datang, karena
mereka menganggapnya telah menjadi priyagung yang kaya akan harta. Apalagi saat
melihat kendaraannya yang mewah.
Tetapi saat ada perkara yang datang, yang menjadi
pelindungnya adalah orang lain. Bersembunyi pada orang lain yang mengetahui
semuanya. Karena apabila kebenaran mulai terungkap, semua rahasia akan
tersingkap, semua yang tersembunyi akan muncul dengan saksi-saksinya. Semua akan
terungkap dengan jelas.
Saat semua telah terungkap, rasa malu akan
perbuatanya tak terlihat sama sekali. Karena memang dari awal dia sudah bermuka
baja. Perasaan malu dan berdosa sudah tidak ada dihatinya. Semua itu sudah
tekad. Yang terpenting dia bisa hidup mulia dan bergelimang harta.
b) Aspek
yang menonjol
Pada geguritan “ Aja Kandha-kandha” ini, ada
beberapa aspek yang bisa teranalisis. Pertama adalah amanat. Amanat dalam
geguritan ini adalah mengenai perlakuan tokoh “aku” sebagai pejabat yang
bertindak korupsi uang negara. Hal ini sangat mirip dengan kehidupan politik
yang terjadi di tatanan negara kita.
Kebanyakan para pejabat dan wakil rakyat hanya
mementingkan diri mereka sendiri tanpa melihat rakyat disekeliling mereka yang
ternyata masih banyak yang kekurangan, dan bahkan tidak mempunyai apa-apa untuk
hidup. Mereka tidak menepati janji mereka saat mereka berkampanye dengan
omongan besar mereka yang ternyata hanya angin lewat belaka. Mereka yang saat
berkampanye berjanji akan menjadi wakil rakyat yang mensejahterakan rakyat,
tetapi pada kenyataannya malah berubah menjadi diktator dan penyengsara rakyat.
Selain itu, amanat yang mencerminkan realita tatanan
politik negara ini juga tindakan suap menyuap yang dilakukan pejabat dan wakil
rakyat terhadap orang-orang yang mengetahui perbuatan kotornya. Mereka yang
disuap pun karena bermata duitan dengan senang hati akan merahasiakannya.
Seorang yang berbuat korupsi dan yang disuap itu pada dasarnya akhlak dan rasa
takut terhadap Gustinya kurang. Mereka kebanyakan orang-orang yang tidak tahu
malu.
Kedua, dilihat dari pemilihan katanya. Ada beberapa
kata-kata perumpamaan. Misal pada larik ke-2 yang berbunyi “ Dhuwit kraton sing mesthine uga darbeke kanca-kanca “. Kata kraton dalam masyarakat saat ini
diartikan sebagai negara. Lalu dalam larik ke-6 yang berbunyi “ aku rak sing dadi “pengarep””. Kata “pengarep” bisa diartikan sebagai orang
yang berada di jabatan terdepan, yaitu wakil rakyat seperti DPR,Presiden, dan
Pejabat tinggi lainnya. Pada larik ke-13 misalnya, yang berbunyi “ Apa maneh yen ndeleng tumpakanku sing
awujud kreta kencana”. Kata kreta kencana diartikan sebagai mobil
yang mewah yang menunjukkan bawaan orang yang banyak uangnya.
Selain itu, contoh kata perumpamaan terakhir “ Raiku ya wis daktableg nganggo lemah
comberan”, maksudnya adalah sudah tidak merasa malu bahkan setelah apa yang telah dilakukannya itu perbuatan yang
kotor. Seperti yang kita lihat pada keadaan politik negara kita, semakin banyak
petinggi-petinggi negara yang korupsi tetapi mereka seperti tak melakukan
apa-apa. Seolah-olah tidak sedikitpun mempunyai rasa malu.
5. Judul : novel “ Bledeg Mangsa Ketiga”
Karya
: TY Suwandi
Tahun
: 1965
a) Ringkasan
Ketika itu, masih dalam keadaan penjajahan di
Indonesia oleh bangsa Jepang. Surjatman adalah salah satu pelopor gerakan
pemuda pada waktu itu. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Sriwidarti.
Surjatman sering disuruh oleh R. Ng. Ronggodiprodjo ( ketua RW) untuk
menggantinya jaga tiap malam. R. Ng. Ronggodiprodjo merupakan sekutu dari pihak
penjajah Jepang. Akan tetapi tidak ada yang mengetahuinya.
Harjadi adalah seorang wartawan saat itu dan juga
teman dari Surjatman saat kuliah dulu. Dia mampir ke rumah Surjatman untuk
bersilaturahmi karena lama mereka tak bertemu. Pertama kali bertemu dengan Sriwidarti
dia merasakan hal yang berbeda, dia jatuh cinta kepadanya. Begitu pula dengan
apa yang dirasakan oleh Sriwidarti.
Sriwidarti bertemu dengan Winarni yaitu teman
sekolahnya dulu. Sriwidarti mengantarkan kakaknya yang akan membeli sarung
untuk dijualnya. Saat pertemuan pertama Winarni dan Surjatman sudah saling
merasakan jatuh cinta. Tetapi keduannya tidak saling mengatakan.
Keadaan saat itu semakin parah. Penjajah Jepang
semakin banyak berbuat tidak manusiawi. Ketika Surjatman disuruh berangkat
untuk mengamankan keadaan di acara Sekaten. Tetapi tidak seperti biasanya, dia
merasa gelisah. Entah apa yang akan terjadi.
Dan hal yang buruk saat itu terjadi, saat Surjatman
sedang mengamankan tentara Jepang yang akan menembak salah satu tentara
pribumi. Surjatman dengan cekatan melawannya, dan tanpa sengaja membunuhnya.
Saat itu kemudian Surjatman menjadi buronan tentara
Jepang. Surjatman menyamar menjadi gelandangan dan lari ke Jawa Timur. Disana
dia menjadi seorang penjaga masjid. Saat menghilangnya Surjatman, keluarganya
mengira kalau dirinya sudah meninggal.
Sriwidarti memdapatkan surat rahasia dari nama
samara yang ternyata adalah Harjadi. Sriwidarti amat merindukanya dan
menghawatirkannya. Dia menceritakan apa yang telah terjadi terhadap kakaknya
dulu. Harjadi menenangkan Sriwidarti dan mengatakan bahwa Surjatman masih
selamat.
Ketika perang mulai pecah yaitu bulan November 1945
Surjatman yang menjadi pelopor pergerakan para pemuda dengan semangat yang
membara. Ketika itu pula, dia kembali ke tempat kelahirannya. Dia bertemu
dengan pujaan hatinya setelah sekian lama menghilang yaitu Winarni dan akhirnya
menikah.
b) Aspek
yang menonjol
Novel ini menceritakan cerita romansa disaat jaman
perang terjadi. Penggambaran keadaan pada jaman kemerdekaan saat itu sangat
bagus. Seperti ketika terjadinya perang bulan November, dijelaskan saat
mencekamnya keadaan itu terjadi.
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah sebuah
perjuangan seorang pemuda yang berjuang demi mempertahankan kemerdekaan
negaranya. Selain itu juga menceritakan kehidupan sekitar tokoh utamanya. Alur
dalam novel ini berurutan sehingga apabila dianalisis dengan urutan tekstual
akan lebih terkonsep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar